Jakarta –
Pusat percetakan di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan perlahan kehilangan arah seiring berjalannya waktu. Bahkan, keindahan bisnis percetakan di kawasan ini juga sudah merambah ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Salah satu penyedia jasa percetakan di Pasar Tebet Barat, Isdarmadi mengatakan, puncak kiprah kawasan tersebut sebagai pusat percetakan undangan terjadi pada periode 2002-2016. Sejak saat itu, jimat tersebut dihilangkan secara bertahap, hingga puncaknya ketika pandemi Covid-19 melanda.
Bahkan pada awal pandemi, karena kebijakan pemerintah yang melarang warga berkumpul atau mengadakan acara, termasuk pernikahan, bisnis percetakan di kawasan itu dengan cepat menurun. Termasuk sejumlah pesanan cetak dari Malaysia dan Singapura.
“Saya sudah 26 tahun di sini, jadi saya tahu semuanya. Dari tahun 2002 sampai 2016, bisnis di sini bagus sekali. Turun-turun, tidak turun banyak, hanya saja saat pandemi paling parah. Karena begitu, aku istirahat lama ya?” ujarnya saat ditemui ANBALI NEWS di lokasi, Rabu (1/8/2025).
“Dulu dulu ke Malaysia dan Singapura. (Jadi sekarang tidak dapat pesanan dari sana lagi?) Sekarang ada satu atau dua, tapi tidak sebanyak dulu. Saya hanya jasa percetakan, menerima pesanan dari toko-toko yang ada di depan saya, dan pelanggan-pelanggan lainnya itu. “Saya, mereka menerima pesanan. Mungkin ada yang berlangganan dari sana”, jelas Isdarmadi lagi.
Akibat berkurangnya pesanan percetakan, omzet yang diterima Isdarmadi menurun drastis, dari yang tadinya bisa meraup keuntungan bersih sekitar Rp 15 juta per minggu, kini hanya sekitar Rp 3 juta per minggu.
“Sebelumnya (menggunakan) dua mesin bersih harganya Rp 15 juta. Sekarang mesin bersih harganya maksimal Rp 3 juta. waktu itu lagi tutup ya, pandemi, sampai akhirnya “Saya mudik ke desa, jadi saya jual mobil,” jelasnya.
“(Dulu dua mesin?) Ya, dulu ada dua mesin, enam karyawan, sekarang hanya satu mesin, usaha saya semakin kecil. Alhamdulillah sekarang sudah mulai tumbuh kembali, tak usah beriman. undangan pernikahan.
Selain itu, Isdarmadi juga mengatakan, untuk mengembangkan usahanya, ia tidak hanya mengandalkan pesanan dari toko lokal saat ini. Namun ia memperluas jaringannya ke luar Jawa, seperti Kalimantan hingga Makassar.
“Kita banyak di Kalimantan, Jambi, dan Bengkulu, apalagi di Makassar. Dari Makassar saya cetak 21k saja. dari sini saya juga harus pindah,” jelasnya.
Sementara itu, pengurus percetakan di Pasar Tebet Barat bernama Jefri mengatakan, tempat ini sudah lama dikenal sebagai salah satu pusat percetakan di Jakarta, selain Pasar Senen, Jakarta Pusat. Terutama saat mencetak undangan pernikahan.
“Pusat percetakannya ada di Pasar Senen. Tapi undangan sebagian besar ada di sana, ada pula yang di Pasar Senen,” kata Jefri.
Sayangnya, dia yang sudah 10 tahun bekerja di percetakan itu mengatakan, kini toko-toko di kawasan itu sepi pengunjung. Sebab saat ini banyak orang yang lebih memilih menggunakan undangan pernikahan digital atau online dibandingkan undangan fisik.
“Sepi, sekarang sepi banget. Mungkin karena sekarang banyak yang kirim undangan secara online ya, pakai link seperti itu, jadi sekarang kurang banyak yang mencetak undangannya,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini banyak orang yang lebih memilih undangan pernikahan digital dibandingkan undangan cetak karena lebih murah. Sebab untuk membuat undangan digital anda hanya memerlukan biaya desain undangannya dan setelah itu undangan sudah bisa disebarkan ke banyak orang.
Alhasil, jumlah pelanggan yang datang untuk membuat undangan pernikahan fisik di kawasan ini lebih sedikit. Keadaan ini turut menyebabkan keindahan pusat percetakan Pasar Tebet Barat semakin memudar.
“Kalau undangannya online, bisa langsung dikirim ke mana saja, jadi bisa menekan biaya pernikahannya kan? Kalau dicetak bisa dibuat sesuai jumlah undangan,” jelasnya lagi.
Tonton juga videonya: ALLPrint Expo 2024 mendorong inovasi untuk memajukan industri percetakan
(fdl/fdl)