Jakarta –
Skema Makan Gratis (MBG) yang pertama kali diterapkan Senin (1/6) lalu, tidak termasuk subsidi susu. Program ini tidak menyediakan susu setiap hari, bahkan tidak semua lokasi menerima susu.
Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono mengatakan, tidak semua daerah dekat dengan sentra peternakan sapi perah karena sebagian besar berada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat.
Oleh karena itu, menyuplai susu segar ke sekolah merupakan sebuah tantangan. Sebab, secara besar-besaran, anggaran MBG adalah untuk susu murni, bukan susu UHT atau susu bubuk.
“Untuk peternakan sapi perah waktunya sangat terbatas dan hanya bisa dijalani oleh mahasiswa yang dekat dengan industri susu,” kata Ferri saat seminar pengembangan karir yang digelar Kementerian Koperasi di Jakarta Selatan: Selasa (1 Juli 2024). .
Selain itu, DKI Jakarta jauh dari pusat peternakan sapi perah. Melihat situasi tersebut, menurutnya perlu diciptakan cara untuk memasok susu UHT atau susu bubuk ke tempat yang jauh dari peternakan sapi perah. Dengan begitu, anak-anak di daerah lain tetap bisa mendapatkan susu.
“Susu segar karena Jabar merupakan sentra peternakan sapi perah, sehingga makanan di Jakarta menggunakan susu dalam bentuk kemasan,” ujarnya.
Di sisi lain, Ferry mengingatkan subsidi susu tidak bisa diberikan setiap hari. Hal ini juga mengingat program MBG memiliki anggaran sebesar Rp10.000 per terbitan.
Ferry belum mendengar kabar terkini sejak MBG diterapkan hari ini, apakah termasuk subsidi susu atau tidak. Meski demikian, ia berharap bisa memberikan susu kepada seluruh siswanya.
“Kami belum menerima laporan apa pun dan kami berharap siswa tetap mendapat susu. Soalnya produksi susu seluruhnya ada di Jawa, Jabar, sebagian Jateng, sebagian Jatim,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan Kementerian Tenaga Kerja siap mendukung penerapan MBG di berbagai daerah. Banyak kalangan khususnya Perusahaan Madrasah yang mulai mengikuti pelaksanaan MBG pada hari pertama kemarin.
“Kemarin terkait petunjuk pemanfaatan sumber daya, MBG bisa menggunakan bahan baku lokal, dan rantai pasok ini juga sedang kita persiapkan. Kita harapkan kelompok produksi sayuran, kelompok peternakan unggas, kelompok peternak ayam atau unggas, dan kelompok yang akan datang nanti” bisa memenuhi kebutuhan dapur,” ujarnya.
Lebih detailnya, Direktur Utama BGN Dadan Hindayana mengatakan, memasukkan produk susu ke dalam anggaran MBG adalah untuk memberdayakan industri susu dalam negeri. Dengan begitu, kita berharap jumlah produk susu impor tidak bertambah.
“Susu akan menjadi salah satu pangan terbaik di daerah yang tersedia sapi perahnya sehingga mendorong seluruh daerah beternak sapi perah. Kami tidak ingin rencana ini menambah impor, namun perlu memvalidasi aset lokal,” jelas Dadan dari Rumah Nusantara I am DPR RI , Senin (1 Juni 2025).
Dadan juga menjelaskan, anggaran proyek MBG akan tetap sebesar Rp 10.000 per anak, meski susu masuk dalam anggarannya.
“Kita sudah kembangkan model kapan harus menyediakan susu dan merebus susu. Karena simbol ini sudah dipasang oleh Presiden, maka susu akan diberikan minimal tiga kali dalam seminggu,” ujarnya.
Dadan mengatakan, bagi daerah yang tidak memiliki produsen susu, sumber protein untuk sementara bisa digantikan dengan protein lain seperti ikan atau telur. Sumber kalsium lainnya adalah daun kelor, kata Dadan.
Tonton juga video “Menteri Pendidikan Dasar berbicara tentang ulasan makanan gratis”:
(shc/图)