Jakarta –
Program Makan Gratis (MBG) resmi dimulai pada Senin (6/1/2025). Pemerintah juga menegaskan, bahan baku menu makanan gratis ini bukan produk impor.
Menurut Menteri Koperasi (Menkop) Budi Arie Setiadi menegaskan, bahan utama program MBG berasal dari pengusaha lokal, petani, dan peternak. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mewajibkan keterlibatan pelaku usaha lokal.
Budi Arie mengatakan MBG merupakan program strategis yang mencakup banyak bagian. Menurutnya, program MBG menciptakan semangat kerjasama antar pelaku usaha di bidang terkait.
Yang terpenting, sebisa mungkin bahan bakunya harus diproduksi di dalam negeri. Tidak bisa diimpor, kata Budi Arie kepada wartawan di SD Angkasa 5 Halim, Jakarta Timur, Senin (6/1/2024). ) dikatakan. ).
Budi Arie menilai program strategis tersebut tidak bisa dilakukan oleh partai. Oleh karena itu, prinsip gotong royong harus dikembangkan.
“Program MBG ini merupakan program strategis masyarakat Indonesia untuk mengantarkan kita menuju Indonesia Emas tahun 2045. Oleh karena itu, kita semua harus bersinergi, bersinergi dan semangat serta bersemangat untuk membantu mewujudkan program ini di MBG,” ujarnya. dikatakan. . dia menekankan.
Selain itu, MBG juga direkrut untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia (SDM) senior Indonesia. Menurutnya, tidak ada negara yang bisa berkembang tanpa dukungan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Semua negara di dunia bisa menjadi negara maju karena SDM-nya tinggi, SDM-nya maju, SDM-nya cerdas. Makanya program MBG yang dicanangkan Presiden Prabowo sangat strategis. harus dilakukan. Indonesia adalah negara maju,” jelasnya.
Budi Arie mengatakan, pemerintah menganggarkan Rp71 triliun untuk program MBG hingga akhir tahun 2025 dengan target menjangkau 19,47 juta penerima manfaat. Dalam pengumpulan bahan baku, program ini pasti akan melibatkan koperasi produsen di seluruh Indonesia.
Saat ini terdapat 1.336 unit koperasi di Indonesia yang dikelola untuk mengikuti program MBG. Banyak dari koperasi tersebut yang diusulkan menjadi mitra unit pelayanan program ini dengan pendampingan ketat standarisasi dapur dengan BPOM.
“Peran koperasi dalam MBG antara lain mendukung petani, nelayan, dan penggembala setempat sebagai pemasok pangan bergizi, mengelola Unit Pelayanan Makanan (SPPG) dan logistik distribusi,” ujarnya.
Budi Arie menambahkan, program MBG memberikan kontribusi sebesar 0,8 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dicapai dengan menangkap besarnya multiplier effect yang muncul dari MBG.
“Sesuai pembahasan yang telah dilakukan, program MBG ini mampu memberikan kontribusi sebesar 0,89 persen terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Bayangkan, pada tahun 2025. Penting sekali.”
(jam/jam)