Jakarta –
Pemerintah Tanzania mengatakan tidak ada seorang pun di negara itu yang pernah dinyatakan positif mengidap virus Marburg. Hal ini terjadi setelah Organisasi Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO) mengatakan setidaknya delapan orang di barat laut Tanzania diduga tertular virus Marburg.
“Mulai tanggal 15 Januari 2025, hasil laboratorium seluruh orang yang diduga terinfeksi virus Marburg akan diperiksa,” kata Menteri Kesehatan Jenista Mhagama dalam keterangannya yang dirilis pada Rabu.
Pada hari Selasa, Organisasi Kesehatan Dunia mengumumkan bahwa mereka menerima laporan dugaan kasus virus Marburg di wilayah Kagera pada 10 Januari. Para korban menunjukkan gejala klasik Marburg, termasuk sakit kepala, demam tinggi, sakit punggung, diare, muntah darah, kelemahan otot, dan pendarahan luar.
Virus yang memiliki tingkat kematian sebesar 88 persen ini berasal dari keluarga yang sama dengan virus Ebola, yang menyebar ke manusia melalui buah-buahan yang terkontaminasi di beberapa bagian Afrika Timur.
Mhangama mengatakan, begitu kementerian menerima informasi mengenai dugaan kasus tersebut, kementerian segera mengambil tindakan termasuk mengirimkan tim ahli ke daerah tersebut untuk menyelidiki kejadian tersebut, mengumpulkan sampel, dan melakukan uji laboratorium.
Pada konferensi pers di Jenewa pada hari Kamis, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan Tanzania harus “mengirim sampel yang dikumpulkan ke laboratorium internasional dan mengumpulkan sampel lain sesuai dengan prosedur standar”.
Tanzania mengalami wabah Marburg pada tahun 2023, dengan sembilan kematian dan enam kematian di satu wilayah. Tonton video “Video: Risiko infeksi virus Marburg di seluruh dunia rendah” (kna/kna)