Jakarta –
Kotak hitam yang berisi data penerbangan dan perekam suara kokpit Boeing 737-800 Jeju Air berhenti merekam empat menit sebelum jatuh di Korea Selatan pada akhir Desember, kata kementerian transportasi negara itu dalam sebuah pernyataan.
Jeju Air penerbangan 7C2216 terbang dari Thailand ke Bandara Internasional Mueang di Korea Selatan pada 29 Desember. Sayangnya, pesawat tersebut jatuh, menabrak penghalang beton dan meledak, menewaskan 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat.
Menurut Yonhap, ledakan terjadi pada pukul 09:03 tanggal 29 Desember ketika sebuah pesawat Jeju Air menabrak bukit beton dengan peralatan pencarian di ujung Bandara Internasional Muan setelah tergelincir tanpa mendarat.
FDR dan CVR berhenti mencatat data pada pukul 08.59 sehingga menyulitkan penyidik untuk menganalisis situasi.
Pihak berwenang mengatakan meskipun data FDR dan CVR penting untuk penyelidikan, data tersebut bukanlah satu-satunya sumber bukti.
“Penyelidikan melibatkan analisis berbagai sumber informasi, termasuk catatan kontrol lalu lintas udara, rekaman video kecelakaan dan puing-puing dari insiden tersebut,” kata mereka.
Komponen kotak hitam dikirim ke Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) di Washington minggu lalu untuk pemeriksaan silang guna memastikan keandalan data. Penyelidik Korea Selatan yang dikirim oleh NTSB akan kembali ke Korea pada hari Senin untuk melanjutkan penyelidikan di negara asalnya. “Video: Mengapa Korea Selatan Menganalisis Kecelakaan Kotak Hitam Jeju Air di AS” (msl/msl)