Jakarta –
Hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Jenderal Anindya Bakri mengatakan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% di bawah pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Hal itu diungkapkan Anindya dalam acara diskusi keuangan bersama para pengusaha senior internasional. Menurut dia, Indonesia membutuhkan target pertumbuhan tersebut untuk mengatasi perubahan dan ketidakpastian kondisi perekonomian global.
“Jangan bilang 5-5,3% jelek, tidak. Kita bersyukur sekali karena perekonomian negara-negara lain lebih sulit pasca Covid-19,” kata Anindya dalam pidatonya di Menara Kadin, Jakarta, Senin. (7/10/2024)
“Tapi dengan segala hormat, (pertumbuhan ekonomi) 8% ini kita butuhkan karena dunia juga sedang berubah. Setiap 5-10 tahun sekali selalu ada siklus dimana perekonomian naik turun lagi,” lanjutnya.
Target pertumbuhan ekonomi 8% itu masuk dalam program kerja Presiden-Wapres terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rockabuming Raka yakni Asta Cita. Memiliki 8 poin dan 17 program serta 320 program turunan yang fokus mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Anindya sendiri menyoroti dua poin utama. Yang pertama adalah permodalan atau peningkatan penerimaan negara. Menurutnya, mustahil mencapai tujuan tersebut tanpa uang.
“Semua itu butuh uang, tidak mungkin mencapai 8% tanpa modal, padahal kita tahu APBN Rp 3.600 triliun, PDB Rp 22.000 triliun, jadi bedanya, ada konsumsi dalam negeri, ada investasi, ekspor, dll. .tapi ini “peran Kadin” katanya.
Hashim menegaskan, untuk mendapatkan revenue atau penerimaan negara yang lebih tinggi, diperlukan reformasi di sisi perpajakan. Dalam konteks ini, upaya nyata untuk mencapai hal tersebut adalah melalui rencana pembentukan Kementerian Pendapatan Negara.
“Saya kira ini bagus karena investasi pajak adalah investasi masa depan negara dan negara kita. Padahal, dalam melakukan reformasi perpajakan ini, wajar jika kita berpikir bersama bahwa tidak boleh untung 100% atau untung 100%. kerugian,” katanya.
Selain itu, juga menekankan pentingnya penguatan perekonomian daerah. Menurutnya, salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui Kadin Indonesia, dimana asosiasi sebagai aktor dapat memberikan masukan terhadap kebijakan pemerintah di sektor riil. (shc/kultus)