Jakarta –
Kapal latih Republik Indonesia (KRI) Bima Suci TNI Angkatan Laut (AL) menjadi tempat penyelenggaraan seminar maritim internasional. Kegiatan seminar maritim ini dilaksanakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang dan KBRI Tokyo.
KRI Bima Suci merapat di Pangkalan Angkatan Laut Jepang, Yokosuka 1-5. Oktober 2024. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk perjalanan dan pelatihan praktik misi Good Diplomacy Duta Besar Nasional 2024 (Lattek) Kartika Jala Krida 2024.
Dalam salah satu seminar dibahas potensi besar Indonesia di bidang maritim dan berbagai tantangan yang dihadapi. Secara total, 84% daratan Indonesia adalah lautan. Di sisi lain, Indonesia sendiri mempunyai impian besar untuk menjadi poros maritim dunia.
Dari segi tantangan, pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai banyak pekerjaan rumah (PR). Hal ini sering kali berkaitan dengan penyelesaian permasalahan kelautan yang pada awalnya tidak terselesaikan dengan baik.
PR tersebut meliputi penurunan permukaan tanah pesisir, salinitas laut, erosi pantai, erosi pulau-pulau kecil, kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim dan eksploitasi satwa laut.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PPI Jepang Prima Gandhi menyinggung kebijakan ekspor pasir laut. Ia mengusulkan kepada Pemerintah untuk meninjau kembali Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 20/2024 tentang Ekspor Barang Pencemar Melalui Laut.
Pasalnya, pemisahan laut berupa pasir laut yang dapat diekspor merupakan pasir alam yang dihasilkan dari hasil pembersihan laut. Menurutnya, pasir apa pun yang ada di laut sebaiknya ditanam di wilayah pesisir dan pesisir Indonesia yang terkena dampak erosi.
Kita bisa belajar dari Jepang yang mengalokasikan sumber daya alamnya, termasuk sumber daya laut, untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyatnya, kata Prima dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/10/2024).
Ke halaman berikutnya (shc/gbr.)