Jakarta –
Kasus Mpox di benua Afrika menunjukkan peningkatan 500 persen dibandingkan tahun lalu. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) merilis data tersebut pada 31 Oktober.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan global pada pertengahan Agustus 2024, setelah jenis virus baru diyakini telah menyebar dari Republik Demokratik Kongo ke negara-negara tetangga, serta dari Inggris hingga Thailand.
“Situasinya tidak terkendali, secara umum kami masih dalam keadaan membaik.” Dr. Ngashi Ngungo dari CDC Afrika mengatakan dalam sebuah pengarahan.
Kecemasan menyebabkan epidemi
Terdapat 19 negara Afrika yang melaporkan lebih dari 48.000 kasus dan 1.048 kematian sepanjang tahun.
Afrika Tengah merupakan negara yang paling terkena dampak epidemi ini, dengan menyumbang 85,7 persen kasus dan 99,5 persen kematian di benua tersebut. Virus ini dapat menular melalui kontak fisik yang dekat, termasuk kontak seksual.
Strain baru yang dikenal sebagai clade EB juga telah menyebar ke Eropa dan telah diidentifikasi di Swedia, Jerman dan Inggris.
“Kita perlu melanjutkan kerja politik dan memobilisasi dukungan keuangan yang sangat penting untuk membendung epidemi saat ini,” kata Dr Ngango.
“Kami tidak ingin penyakit mpox ini, terutama penyakit Clad Ib, menjadi epidemi menular seksual lainnya, yang lebih buruk dari COVID-19.” Tonton video “Direktur Jenderal WHO tentang epidemi mpox: dapat dihentikan” (naf/kna)