Jakarta –
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mengatakan hingga saat ini sebagian besar sumber daya kelautan Indonesia dicuri oleh pihak asing. Meski produk pasir lautnya baru dibuka ekspornya, namun ada tulang lobsternya yang tidak boleh diekspor.
“Pencuriannya bukan hanya pasirnya, lobsternya juga dicuri. Lobsternya sudah mati (diawetkan), dijadikan obat,” kata Trenggono kepada wartawan di kantor KKP, Senin (21/10/2024).
“Jumlahnya saya tidak tahu lagi, tapi jumlah bibitnya sekitar 300-500 juta yang terbang ke negara tetangga. Saya kesana dan menemukan ratusan ribu industri, besar dan industrinya sudah ada.” perbaikan,” jelasnya lagi.
Menurutnya, penyakit ini menyebabkan RI mengalami berbagai kerugian. Mulai dari hilangnya sumber daya alam, hancurnya industri dalam negeri hingga hilangnya devisa negara.
“Kita mau jual terus, bagaimana kita bisa terus menjual orang yang diimpor secara ilegal? Negara tidak akan diuntungkan. Ini anugerah dari Tuhan, anugerah alam yang diberikan kepada masyarakat Indonesia agar masyarakat bisa mendapatkan sesuatu,” dia menjelaskan.
Trenggono sepakat, untuk mengakhiri permasalahan pencurian, KKP bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Kepolisian dan TNI Angkatan Laut untuk mengidentifikasi dan menangkap kapal-kapal ilegal yang mencuri pasir dan hasil laut lainnya.
Meski upaya tersebut nampaknya masih belum cukup, mengingat masih banyak kapal asing yang terus berusaha memasuki batas laut Indonesia untuk kembali melakukan pencurian tersebut. Belum lagi dengan sumber daya yang dimiliki Kementerian saat ini, rasanya tidak mungkin melakukan survei sumber daya air Indonesia secara komprehensif.
“Kami bergabung dengan polisi, kami bergabung dengan Angkatan Laut, dan berkali-kali teman-teman kami melihat kami melakukan penangkapan. Tapi apakah itu berhenti? Tidak, saya harus jujur,” ujarnya.
Masyarakat kami dari Sabang sampai Merauke hanya 30 perahu, anggaran operasional kami tidak bisa 100% 24 jam dan masih 100% manual (manajemen),” kata Trenggono. sekali lagi.
Sehingga akhirnya ia menyadari perlunya adanya panduan di bidang teknologi analisis perairan Indonesia yang dilakukan melalui proyek Ocean Big Data. Dengan sistem baru ini, ia berharap setiap sentimeter air di NKRI dapat dipantau secara digital sehingga membantu seluruh proses pemantauan.
“Ini yang kita coba dalam kebijakan big data kelautan yang harus kita manfaatkan di era baru ini. Saya berharap tahun depan sudah selesai. Tidak ada pergerakan apapun yang tidak bisa dilacak, termasuk (mencuri) pasir, ” Dia. dia menjelaskan. (das/das)