Jakarta –
Faunaland Ancol, Jakarta adalah rumah bagi binturong yang dilindungi oleh pemandu Abdul Aziz. Apa suka dukanya menjadi penjaga binturong di luar sana?
Faunaland yang terletak di Ecopark, Ankol, Jakarta Utara, menampung binturong, hewan mirip musang yang memiliki ciri khas seperti tubuh berbulu besar dan ekor panjang. Binturong memiliki badan khusus yang diberi nama Abdul.
Pada tanggal 24 September, ANBALI NEWSTravel berkesempatan mengunjungi Faunaland dan menuju kawasan Binturong. Saat itu, Abdul muncul dan binturong yang dijaganya. Ia kemudian menjelaskan kepada pengunjung tentang kebiasaan binturong dan pentingnya konservasi.
Tanpa rasa takut atau ragu, ia menunjukkan betapa dekatnya dirinya dengan hewan tersebut dan memberikan pemahaman mendalam tentang perilaku dan karakter binturong.
“Franky… Frankkk… Franky,” rayu Abdul pelan pada binturong abu-abu kehitaman yang melingkari lehernya.
Dengan lembut mengarahkan perhatian pengunjung pada hewan lucu itu dengan memberinya beberapa buah, Frankie mulai mengunyah dengan antusias buah pemberian Abdul, menunjukkan betapa nyaman dan akrabnya hubungan antara penjaga dan binturong dalam suasana ceria yang menyelimutinya.
“Binturong lebih suka dimakan, pemakan karena makannya banyak, apalagi kalau dikasih mangga kesukaannya, bisa juga digendong. Tidak suka dipegang ekornya, biar tidak ditarik, karena Coda itu bagian dari kaki kelimanya, jadi dia hanya merasa tidak nyaman,” kata Abdul.
Abdul menjelaskan, reaksi Frankie, seorang binturong, saat ekornya ditarik sebagai reaksi pembelaan diri karena merasa cemas. Abdul pun menjelaskan kebiasaan Frankie lainnya.
“Kalau diangkat dan dikalungkan ekornya di lehernya, berarti Frankie tidak tercekik, tapi takut terjatuh,” kata Abdul.
Abdul dan binturong Frankie bertemu di Faunaland ketika Frankie berusia 5 atau 6 bulan. Frankie merupakan hasil penangkaran yang dilakukan di Faunaland dan merupakan salah satu dari total 6 Binturong yang ada di sana.
“Di sini sama, binturong juga, hanya khusus untuk demonstrasi di kandang. Kalau Frankie khusus untuk penjinakan, kita sudah punya dua anak anjing yang berhasil,” kata Abdul.
“Begitulah kami berhasil beternak Binturong Jawa di sini, sebenarnya banyak sekali, lalu yang terjadi anak-anaknya mati mendadak seperti kucing, tidak semuanya selamat, tapi berhasil,” tambah Abdul.
Abdul menjelaskan jadwal kerjanya sebagai animal keeper mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Ia datang sebelum operasi untuk memastikan binturong kesayangannya dalam keadaan sehat. Jika ada hewan yang sakit, kita observasi dulu lalu periksa kesehatannya secara umum.
“Dilihat dari nafsu makannya, nafsu makannya bagus, dia mau makan, jadi kalau dia tidak serakah mungkin dia merasakan sesuatu, entah itu gangguan pencernaan atau apa, kami akan segera beritahu dokter dan kami akan memeriksanya, itu itu untuk membawanya ke dokter ” – kata Abdul.
Abdul sangat menikmati menjadi seorang peternak hewan karena selain mendapatkan ilmu baru, ia juga bisa menyalurkan passion, ilmu dan kecintaannya terhadap hewan sehingga menjadi pengalaman yang luar biasa.
“Karena awalnya saya suka binatang, jadi binatang yang muncul sejak saya masuk sekolah fokus pada binatang khusus seperti primata, burung, dan memang benar ilmu dasar saya juga dari binatang, jelas Abdul.
Menjadi penjaga binturong merupakan profesi yang sulit dan penuh tantangan. Setiap harinya menghadirkan pengalaman baru, mulai dari berinteraksi dengan hewan yang menunjukkan keunikannya hingga rasa puas saat berhasil merawat hewan tersebut dan menjaganya tetap sehat.
Di Faunaland, jumlah tatakan gelas hewan sekitar 12: empat untuk burung, dua untuk primata, tiga untuk herbivora, dua untuk karnivora, dan satu untuk reptil. Meski hanya Mas Abdul yang fokus langsung pada perlindungan dan perawatan satwa binturong, namun seluruh unit lainnya juga berperan penting dan bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan dan perawatan satwa di Faunaland secara umum.
Saat ditanya suka duka menjadi penjaga binturong, Abdul memberikan jawaban yang mengharukan.
“Bicara suka duka menjadi penjaga binturong, enaknya merawat makhluk hidup, bukan sekedar cinta terhadap binatang. Di sini hewan melahirkan menambah keuntungan karena di sana serasa berperan mencegahnya. dari kematian dan masih dalam keadaan sehat,” kata Abdul.
“Rasa sakit yang saya rasakan saat hewan sakit dan mati merupakan rasa kehilangan karena mereka adalah makhluk hidup yang dirawat dengan penuh kasih sayang,” kata Abdul. Saksikan video “Arsitektur Katedral Jakarta Bergaya Neo-Gotik Khas Eropa” (fem/fem)