Jakarta –
Otoritas Pembangunan Keuangan (FDA) menemukan bahwa anggaran daerah masih sangat tidak efisien dan tidak efisien.
Hal itu disampaikan Kepala BKPP Muhammad Yusuf Ateh saat Rakornas Pemerintah Pusat-Pemerintah Daerah di Sentul International Conference Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/7/2024).
“Hasil pantauan kami masih menunjukkan angka inefisiensi dan inefisiensi yang sangat tinggi sehingga masih mencapai rata-rata 53%. Ini kalau kemarin kita sampel seluruh Indonesia, yakni rupiah yang tidak efisien dan tidak efisien. , melampaui Rp 141 triliun.
“Senang atau tidak, saya harus sampaikan kepada seluruh teman-teman di daerah,” imbuhnya.
Ateh mengatakan temuan tersebut berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2023. Sampelnya mencakup lima bidang: ketahanan pangan, daya saing pariwisata, pemberdayaan UKM, dan pertumbuhan bawah serta kemiskinan.
Perencanaan dan penganggaran daerah yang buruk menjadi salah satu permasalahan dalam mencapai efektivitas pembangunan daerah, Ateh mengaku sudah berkali-kali mengemukakan permasalahan tersebut ke masing-masing daerah.
“Saya sering mengatakan ini. Saya yakin banyak teman-teman daerah yang sering mendengar hal ini karena saya sudah berkeliling pemerintah daerah selama lebih dari 10 tahun, mungkin 20 tahun, mengatakan bahwa perencanaan dan penganggaran di pemerintah daerah masih belum efektif,” ujarnya.
Tantangan kedua adalah pengelolaan dan efisiensi pendapatan asli daerah (PAD) yang selama ini dinilai kurang optimal. Ketiga, masih banyak kebocoran keuangan akibat penyelewengan atau korupsi.
“Saya ingin mengalihkan pengendalian penipuan korupsi yang menurut hasil pantauan kami masih belum cukup di pemerintah daerah,” imbuhnya.
Tonton juga videonya: Jokowi. Tujuan BCPP bukan untuk menemukan kesalahan, namun untuk mencegah terjadinya penyimpangan
(akd/akd)