Jakarta –
Penelitian menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kesehatan dan mempercepat penuaan biologis. Hal ini membuat seseorang secara biologis lebih tua dari usia sebenarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan olahan atau ultra-processed food (UPF) dalam jumlah besar cenderung mengalami penuaan secara biologis. Hal ini terlepas dari kualitas gizi makanan yang mereka konsumsi.
Berbeda dengan penuaan kronologis atau jumlah tahun hidup seseorang sejak lahir, penuaan biologis terjadi pada tingkat sel.
Menurut Euronews, bertambahnya usia dalam sejarah biologis dapat membuat orang rentan terhadap peningkatan risiko berbagai penyakit. Misalnya penyakit paru-paru, kanker, diabetes, demensia, dan penyakit Alzheimer.
Para peneliti di Italia menganalisis data lebih dari 22.000 partisipan dalam studi Moli-Sani. Ini adalah kelompok besar Eropa yang dirancang untuk menyelidiki faktor risiko penyakit kronis, untuk menentukan dampak UPF pada usia biologis tubuh manusia.
“Data kami menunjukkan bahwa tingginya konsumsi makanan ultra-olahan tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan secara umum, tetapi juga dapat mempercepat penuaan itu sendiri,” jelas Simona Esposito, penulis pertama studi dan peneliti di Research Institute. , Rawat Inap dan penelitian. Layanan Kesehatan (IRCCS) Neuromed, dalam sebuah pernyataan.
“Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan bukan hanya buruknya kualitas gizi makanan tersebut,” lanjutnya dalam proses dan hasil penelitian.
Para peneliti menganalisis 36 biomarker dalam darah partisipan. Mereka juga menggunakan hasil kuesioner frekuensi makanan yang merinci kebiasaan makan mereka, termasuk konsumsi makanan olahan.
Dengan menggunakan data ini, para peneliti memperkirakan usia biologis setiap peserta dan kemudian memeriksa perbedaan antara usia tersebut dan usia sebenarnya.
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan bahwa tingginya konsumsi makanan olahan dikaitkan dengan percepatan penuaan biologis. Para peneliti mencatat bahwa hasil ini tidak dapat dijelaskan dengan buruknya komposisi nutrisi dari makanan olahan tersebut dan mungkin ada mekanisme lain yang mendasarinya.
“Selain kekurangan nutrisi, tinggi gula, garam, dan lemak jenuh atau lemak trans, makanan ini mengalami proses industri intensif yang mengubah matriks makanannya sepenuhnya, sehingga mengakibatkan hilangnya nutrisi dan serat,” jelas Marialora Bonaccio, ahli epidemiologi nutrisi. di IRCCS Neuromed.
Hal ini dapat berdampak penting pada berbagai fungsi fisiologis, termasuk metabolisme glukosa, serta komposisi dan fungsi mikrobiota usus. Selain itu, produk-produk tersebut seringkali dibungkus dalam kemasan plastik, sehingga menjadi pembawa zat-zat yang berbahaya. beracun bagi tubuh,” lanjutnya. .
Berikutnya: Dampak Kesehatan dari Makanan Olahan
(sau/suk)