Jakarta –
Dilaporkan proporsi penderita kanker usus besar di Indonesia sudah mulai melebihi generasi muda. Sekarang 40 dan 60 persen dibandingkan kasus pada lansia.
Artinya sekarang sekitar 50:50. Kanker lebih banyak terjadi pada usia 30-an dan 40-an, dan banyak terjadi setelah usia 20-an, kata Dekan Fakultas Kedokteran tersebut. Universitas Indonesia (FKUI) Profesor Dr. Ari Fahriel Shyam, SpPD, Gedung Smesco, Pangkoran, Jakarta Selatan, Sabtu (16/11/2024).
Profesor Ari mengingatkan masyarakat untuk aktif dalam melakukan screening. Karena jika Anda berobat ke fasilitas kesehatan saat melihat gejala, kemungkinan sembuhnya jauh lebih rendah dibandingkan jika Anda terdiagnosis pada tahap pertama.
“Kami katakan masih sangat rendah karena pemerintah belum melakukan skrining massal untuk deteksi dini, sehingga belum ada skrining kanker massal untuk masyarakat umum,” lanjut Profesor Ari.
“Kasusnya datang kalau gejalanya. Nah, berapa kelompoknya, misalnya kanker usus besar, kita melakukan proyek penelitian, dalam penelitian ini kita bisa mengidentifikasi 5-10 persen. Kanker, tapi kalau tidak ada programnya, maka akan terjadi. terlambat,” dia khawatir.
Ia mendesak pemerintah segera melakukan skrining massal terutama terhadap beberapa penyakit prioritas. Profesor Ari juga menekankan perlunya hasil skrining menjadi edukasi, perawatan atau pengobatan.
Gejala kanker stadium lanjut
Secara umum, ketika sel kanker muncul pada tahap awal, pasien seringkali tidak mengeluhkan gejalanya.
Biasanya pasien menunjukkan gejala stadium 3 dan 4, itu sudah terlambat. Gejalanya berupa mencret, sulit buang air kecil, dan muntah-muntah. Itu sudah tumor besar, kanker, ganas, khusus tumor di usus. Sudah tertutup, ” katanya. – Profesor Ari menjelaskan.
Ia memperingatkan generasi muda untuk tidak menerapkan gaya hidup sedentary, malas bergerak, dan mengikuti pola makan kaya daging merah dan rendah serat. Tonton video “Mengidentifikasi Risiko Kanker Penis pada Pria Lanjut Usia” (naf/kna).