Jakarta –
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI akan segera menerbitkan surat edaran (SE) kewaspadaan terhadap penyakit cacar air (Varicella) dan lobak (Hazaret). Aksi ini menyusul merebaknya penyakit cacar air di SMPN 8 Tangsel, Banten, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, wabah cacar air menimpa 53 siswa sekolah menengah pertama. Pihak sekolah bahkan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama dua minggu dan melakukan penyemprotan cairan disinfektan ke seluruh ruang kelas.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat (KMNX) Kementerian Kesehatan Aji Mohawarman mengatakan, SE tersebut akan diterbitkan Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan kepada seluruh bupati. dan distrik-distrik. , Dinas Kesehatan Kota, Rumah Sakit, dan Masyarakat (Dinks) di Indonesia.
Terkait hal tersebut, mantan Direktur Penyakit Menular Asia Tenggara Organisasi Kesehatan Dunia, Prof Tejendra Yoga Aditama, merekomendasikan agar pemerintah melakukan investigasi epidemiologi (PE) yang mendalam untuk mengetahui secara pasti penyebab peningkatan kasus tersebut. Gondongan dan cacar air. Anak-anak yang terjadi pada waktu yang sama.
Prof Tejendra meyakini PE dapat membantu pemerintah mengetahui secara pasti fenomena apa yang terjadi di lapangan. Pasalnya, kedua penyakit tersebut berasal dari penyebab yang berbeda dan juga bagian tubuh yang diserang juga berbeda.
Yang perlu diwaspadai adalah apakah benar terjadi peningkatan dua penyakit sekaligus di wilayah berbeda di Indonesia, kata Prof Tejendra kepada ANBALI NEWS, di Jakarta, Sabtu (2/11/2024).
Prof Tejendra mengatakan ada lima hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kedua penyakit tersebut menyerang anak-anak dan memiliki gejala demam yang sangat menular. Namun, keduanya relatif ringan dan dapat sembuh dengan baik dalam beberapa hari atau minggu.
“Sangat jarang suatu penyakit berkembang menjadi kondisi yang serius dan mengancam kesehatan. Keempat, untuk kedua penyakit ini sudah ada vaksinnya, yang tentunya tersedia di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di negara kita, meski tidak atau tidak. dalam program pengembangan vaksin nasional,” lanjutnya.
Langkah lain yang harus diambil pemerintah adalah menganalisis kebenaran dari banyaknya kasus di berbagai daerah. Sebab, ada kemungkinan di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit atau karena peningkatan sensitivitas surveilans.
Lebih lanjut, apabila dipastikan terdapat masalah beban penyakit maka hal tersebut harus segera dikomunikasikan kepada masyarakat, baik untuk meyakinkan dan menjaga kesadaran masyarakat serta anak yang sakit harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
“Seharusnya pemerintah mengakui keadaan yang terjadi dan segera mengambil tindakan untuk mengatasinya,” ujarnya.
Prof Tejendra juga mengatakan agar para orang tua harus waspada jika anaknya mengalami gejala kedua penyakit tersebut, dan memastikan anaknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapat perawatan medis.
Sementara di sekolah, dia meminta untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Jika ditemukan beberapa kasus serupa di dalam kelas, pihak pengelola sekolah harus segera berkoordinasi dengan Puskesmas atau petugas kesehatan yang ada.
Saya berharap permasalahan kedua penyakit yang ada saat ini bisa cepat teratasi, apalagi ini terjadi pada 100 hari pertama pemerintahan baru kita, kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO di Asia Tenggara itu. Simak Video “Video: Adem Serang Anak Indonesia, Lebih dari 6 Ribu Kasus” (suc/suc)