Pneumonia pada Anak Bisa Dideteksi dengan Menghitung Napas, Bagaimana Caranya?

Jakarta –

Jika anak menunjukkan gejala seperti napas cepat, orang tua harus waspada. Sebab, napas yang cepat bisa jadi merupakan tanda penyakit pneumonia atau penyakit paru-paru, yang bisa jadi merupakan tanda adanya peradangan atau infeksi pada organ paru-paru.

Ketua Kelompok Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Profesor Dr. Hartono Gunardi, SpA (K), menjelaskan laju pernapasan anak menjadi salah satu indikator terjadinya pneumonia.

“Kalau ingin mengetahui apakah bayi bernapas teratur, kita harus menghitung satu menit,” ujarnya. Kurang dari dua bulan (jumlah nafasnya) adalah 60 nafas per menit, dan jika dari dua bulan sampai 12 bulan adalah 50 nafas per menit. ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/11).

“40 kali setiap menit selama satu hingga lima tahun, dan 30 kali setiap 30 menit selama lima tahun,” lanjutnya.

Menurut Profesor Hartono, pengukuran jumlah napas pada anak, khususnya bayi di bawah dua tahun, harus akurat karena pola pernapasan bayi bisa berbeda-beda.

Orang tua juga harus mewaspadai peregangan dinding dada yang tidak biasa, yang mungkin merupakan tanda bahwa anak mengalami kesulitan bernapas.

“Nafas cepat, napas cepat,” imbuhnya. “Saat kita menarik napas, pernapasannya normal, dan jika napasnya cepat, seperti orang berlari.”

Selain menghitung jumlah napas, Profesor Harton menyarankan para orang tua untuk mewaspadai tanda-tanda pneumonia lain pada anak, seperti demam dan batuk. Gejala ini perlu lebih dicurigai, apalagi jika disertai dengan pernapasan yang cepat.

Tak hanya itu, Profesor Hartono juga menekankan pentingnya memberikan pola makan yang baik dan seimbang. Para orang tua disarankan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan memastikan bayinya mendapat cukup nutrisi, termasuk karbohidrat, lemak, dan protein.

“Dulu ada istilahnya: 4 sehat, 5 sempurna, jadi karbohidrat, lemak, protein. Tidak bisa hanya karbohidrat dan lemak, bayi Anda tidak mendapat MPASI, karbohidrat saja, buah saja, kalau bayi ada. d “ada protein, ada bangunan”.

Orang tua juga disarankan untuk menjaga kebersihan diri, mencuci tangan secara teratur, menjaga kebersihan rumah dan memastikan ventilasi yang baik untuk menjaga bayi tetap sehat dan terhindar dari infeksi.

“Jangan biarkan polusi seperti merokok di dalam rumah,” tutup Profesor Hartono. Tonton videonya: Kenali Faktor Risiko Pneumonia Anak (suc/suc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top