Jakarta —
Dunia mulai menghadapi krisis pangan global, terutama setelah Rusia menginvasi Ukraina. Banyak negara memperketat kebijakan perdagangan dan melarang ekspor banyak produk pangan.
Mengutip data “Pembaruan Ketahanan Pangan” Bank Dunia pada bulan September 2024, 16 negara telah menerapkan 22 larangan ekspor biji-bijian, dan 8 negara telah menerapkan 15 pembatasan ekspor.
“Krisis pangan global telah diperburuk dengan meningkatnya pembatasan perdagangan biji-bijian dan pupuk yang diterapkan negara-negara untuk meningkatkan pasokan dalam negeri dan menurunkan harga. . pembatasan,” tulis Bank Dunia pada Senin, 10 Juli 2024.
Pada saat yang sama, menurut “Laporan Industri Agrikimia Indonesia” Euromonitor, terdapat tingginya permintaan bahan baku pestisida di Indonesia. Pada tahun 2019 hingga tahun 2023, nilai impor bahan baku pestisida khususnya produk karbamat seperti metomil, karbofuran, buprofen, karbaril dan butil metil karbamat (BPMC) meningkat sebesar 2,8% dan mencapai Rp 8 triliun pada tahun 2023.
Antara tahun 2021 dan 2022, harga bahan baku tersebut akan naik karena gangguan rantai pasokan, kenaikan biaya produksi dan logistik, karena kapasitas produksi belum sepenuhnya pulih pasca pandemi Covid-19.
Begitu pula dengan bahan baku pupuk, laporan Euromonitor menunjukkan impor bahan baku pupuk Indonesia tumbuh sebesar 7,4% selama periode laporan hingga mencapai Rp 30,2 triliun pada tahun 2023, dengan harga yang juga meningkat pada tahun 2021 hingga 2022. Sesuai dengan prioritas produksi suboptimal dan pemenuhan permintaan internal di negara produsen seperti China, Kanada, Rusia, Belarus dan Jerman. Namun harga pupuk akan turun pada tahun 2023 karena rendahnya permintaan akibat El Niño.
Berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global tahun 2022, Indonesia telah mencapai hasil yang baik dalam hal ketersediaan pangan, namun masih perlu meningkatkan pasokan pangan, seperti kecukupan pangan, penelitian dan pengembangan, akses terhadap input pertanian dan indikator lainnya. .
Salah satu faktor yang mengkhawatirkan adalah apakah industri dalam negeri siap memenuhi kebutuhan input pertanian dalam skala besar.
Salah satu perusahaan input pertanian nasional yakni PT Delta Giri Wacana (DGW Group) berupaya memperkuat operasionalnya dengan meningkatkan kapasitas dan kapasitas produksi. Untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan meningkatkan kontribusi struktural bahan baku non-impor, DGW Group membangun pabrik urethane dengan produksi tahunan sebesar 3.300 ton pada tiga tahun pertama, dan kemudian ditingkatkan menjadi 7.000 ton per tahun. . ton.
Hal ini memungkinkan Grup DGW tidak hanya memenuhi kebutuhan produksi internalnya, namun juga memenuhi kebutuhan pasar pestisida lokal dan membuka peluang ekspor.
Di bidang pupuk, pemerintah Indonesia juga berupaya keras untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik amonium nitrat. Pabrik ini dirancang untuk mengurangi impor amonium nitrat, yang sudah mencapai 21% dari total permintaan industri.
Upaya DGW Group untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor didukung oleh kemampuannya dalam menjamin tingkat kandungan lokal (LDC) yang tinggi pada bahan baku pertanian. Oleh karena itu, sejalan dengan upaya bisnis DGW Group dalam mengoptimalkan pasar lokal. (rd/rir)