Jakarta –
Saat menyambut kedatangan Presiden Prabowo Subianto ke China, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakri mulai menjajaki potensi kerja sama dengan perusahaan di China. Hal ini menyangkut dua hal, pertama, potensi kerja sama untuk mendukung program tahunan 3 juta rumah terjangkau yang diusung oleh Prabowo.
Kedua, menjajaki peluang kerja sama dengan perusahaan perikanan di Tiongkok dalam upaya meningkatkan nilai ekspor produk nelayan Indonesia. “Kami melihat potensi untuk membantu pemerintah Indonesia menggalakkan program darurat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, serta (mencapai) target ekonomi pertumbuhan (bertahap) 8 persen,” kata Anindya dalam keterangannya, Sabtu (09/11/2021). 2024). .
Hashim S., Ketua Dewan Pembina Kadin Anindya Indonesia, terkait program pemerintah membangun 3 juta rumah murah setiap tahunnya. Bersama Jojohadikusum dan Wakil Menteri Pembangunan Perumahan Fakhri Hamzah, CCTC (China Construction) melakukan kunjungan kerja. Technology Consulting Co Ltd) kepada konsultan teknologi konstruksi milik pemerintah China pada Kamis (11 Juli). “Dari kunjungan ini, kami menjajaki bagaimana financing (pembiayaan) dan engineering (peralatan manufaktur) dapat dipikirkan hingga skema kolaboratif untuk mempercepat atau mengakselerasi upaya (membiayai) tiga juta rumah dalam setahun,” jelas Anindya. Anindya menilai program ini sangat handal dan merupakan program pemerintah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau menjadikan mereka mandiri dalam bidang perumahan.
“Ini (program 3 juta rumah terjangkau per tahun) merupakan perkembangan yang sangat luar biasa dan kami berharap hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” kata Anindya. Secara terpisah, Anindya menjajaki kemungkinan kerja sama dengan salah satu perusahaan perikanan berteknologi tinggi China untuk meningkatkan perekonomian sektor perikanan pada Jumat (11/08) bersama Hashim, adik Presiden Prabowo.
Hal ini berdasarkan penandatanganan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Kredit Macet bagi UKM Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kelautan, serta UKM lainnya.
“Sebagai bagian dari pengampunan Pak Prabowo terhadap 6 juta rekening bank nelayan dan petani, kami akan melihat apa yang bisa dilakukan nelayan Indonesia untuk mengekspor lebih banyak, terutama ke China,” ujarnya.
“Pada saat yang sama, bagaimana kita bisa menghadirkan lebih banyak kemampuan teknologi seperti kapal Tiongkok atau kapal nelayan untuk meningkatkan produksi nelayan kita,” lanjut Anindya.
Anindya berharap ini menjadi program yang tepat untuk membantu nelayan memanfaatkan kapal penangkap ikan berteknologi modern. Ia mencontohkan, dengan menggunakan kapal tersebut, nelayan dapat membayar dengan mengekspor produk ikan seperti ikan, udang, cumi, dan rumput laut. “Beli perahu di China dibayar dengan menggunakan ikan,” kata Anindya.
Ia melihat melalui kerja sama tersebut otomatis galangan kapal atau tempat pembuatan dan perbaikan kapal akan berkembang di Indonesia. Oleh karena itu, meskipun awalnya kami menggunakan produk Tiongkok, kami yakin tingkat kandungan (komponen) dalam negeri juga akan meningkat di masa mendatang. “Jadi kami berharap itu semua menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi Amerika Serikat sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Peru, Brazil, dan Inggris,” tutupnya. (ily/hns)