Batavia –
Donald Trump memenangkan Amerika Serikat pada tahun 2024. Oleh karena itu, kemenangan Trump kemungkinan besar akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Joshua Pardede, Kepala Ekonom Permata Institute for Economic Research (PIER), menjelaskan banyak kebijakan Donald Trump, jika ia resmi menjadi Presiden AS, dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Indonesia.
Salah satunya adalah kebijakan Donald Trump yang ingin menurunkan pajak penghasilan badan dari 21% menjadi 15% untuk perusahaan manufaktur di AS dan membiarkan pajak capital gain tidak berubah.
“Kebijakan ini akan membuat investasi di Amerika menjadi lebih menarik sehingga Indonesia dan Amerika juga menghadapi risiko capital outflow dari emerging market. Hal ini dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah karena adanya potensi capital outflow,” kata Iosua. ANBALI NEWS menjelaskan kepada , Rabu (6/11/2024) besok.
Kemudian, jika Trump kembali menjadi presiden AS, kemungkinan besar dolar AS akan menguat terhadap mata uang lainnya, yang bisa digunakan untuk stimulus fiskal.
“Dolar AS yang menguat berpotensi menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Hal ini dapat meningkatkan biaya impor bagi Indonesia dan meningkatkan inflasi dalam negeri,” jelasnya.
Kemudian, menurut Joshua, berbagai kebijakan ekonomi Trump yang meningkatkan defisit fiskal dapat mendorong pertumbuhan di AS, yang sangat mempengaruhi kebijakan pengurangan pengguna H oleh bank sentral AS.
Situasi ini kembali diperkirakan akan kembali memberikan tekanan terhadap nilai tukar Rupee terhadap AS. Terakhir, penguatan dolar AS memberikan peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk mempersempit pengujian suku bunganya.
“Defisit fiskal AS yang besar dapat meningkatkan inflasi di AS, yang berpotensi membatasi ruang bagi H untuk penurunan suku bunga di masa depan. Diperkirakan hal ini dapat menyebabkan penguatan dolar AS terhadap mata uang negara tersebut. meningkat, antara lain sebesar Rp.
Bersambung di halaman berikutnya.
(fdl/fdl)