Jakarta –
Singapura dan Malaysia menjadi dua negara pilihan pasien kanker di Indonesia untuk berobat. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa banyak pasien kanker memilih berobat ke luar negeri? Faktanya, dokter di Indonesia masih kalah kualifikasinya dibandingkan dokter di negara tetangga.
Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Dr Tubagus Jumhana SpPD KHOM berpendapat, ada banyak faktor yang menjadikan pengobatan kanker menjadi pilihan di Malaysia dan Singapura.
Dr Jumhana menjelaskan, layanan kesehatan Singapura mengutamakan pelayanan yang baik kepada pasien. Hasilnya, pasien yang menjalani pengobatan kanker di Singapura merasa nyaman di sana.
“Yang penting juga bagaimana pasien dirawat di sana. Pasiennya tidak banyak, jadi kalau ada yang perlu dibicarakan dengan pasien, bicaralah secara terbuka, biarkan pasien mengatakan apa yang dikeluhkannya dan kami akan mendengarkan. Tepat waktu karena pasien kita banyak,” kata dr Jumhana saat ditemui ANBALI NEWS, Selasa (10/11/2024).
Malaysia melakukannya secara berbeda. Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan beberapa undang-undang yang menetapkan harga obat kanker murah atau gratis.
Ada situasi dimana pasien kanker pergi ke Malaysia jika mereka menemukan obat yang tidak tersedia dengan harga terjangkau.
“Malaysia lain. Di sana pemerintah memberikan pelayanannya, jadi ada obat yang free atau bebas pajak atau murah. Jadi masyarakat Indonesia juga disarankan mencari yang murah,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk menggalakkan program wisata medis untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Selain itu, ketersediaan obat kanker yang ada di Indonesia juga harus dilindungi dan terjangkau.
“Narkoba juga harus secepatnya masuk ke Indonesia. Kalau tidak, maka tidak ada narkoba, masyarakat akan ke Malaysia atau Singapura untuk membeli narkoba,” tegasnya. Simak video “Kementerian Kesehatan: Angka Harapan Hidup Anak Penderita Kanker di Indonesia Hanya 24%” (avk/kna)