Lampung Selatan –
Sektor perikanan yang tumbuh di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga tidak lepas dari kebutuhan akan pemanfaatan teknologi. Sebab, digitalisasi perikanan akan memberikan banyak manfaat bagi badan usaha, termasuk petani.
Hal ini menjadi perhatian BAKTI Komdigi yang bertanggung jawab di bidang digitalisasi. Oleh karena itu BAKTI bekerjasama dengan eFishery mengadakan program digitalisasi perikanan selama tiga bulan di Palas, Lampung Selatan. Selain memberikan saran, BAKTI mendukung hingga 15 pengumpan otomatis IoT Smart untuk kolam di sana. Alat ini membantu meningkatkan efisiensi pakan yang berdampak pada perekonomian peternak.
“Produk yang diinginkan BAKTI adalah budidaya berkelanjutan dan dampaknya terhadap petani. Kami membantu petani tradisional sejak awal untuk mengadaptasi teknologi ini hingga modernisasi,” kata Ade Setiawan L. Tobing, manajer proyek eFishery. .
Selain itu, teknologi pada sektor perikanan masih minim dibandingkan sektor lainnya. Oleh karena itu, BAKTI dan eFishery hadir untuk memberikan bukti nyata bahwa penangkapan ikan bisa dilakukan dengan teknologi.
Untungnya sambutan masyarakat sekitar kawasan Kalianda dinilai sangat baik. Meski awalnya ragu dengan manfaat digitalisasi, namun setelah mencobanya, ia merasa sentuhan teknologi membantu.
“Sedikit cerita ya, saya lulusan perikanan, saya sempat disuruh “kenapa kuliahnya jauh sekali?” Saya bersekolah di Pekanbaru, Malang. “Karena dulu kita tidak pernah berpikir, ‘Ada teknologi luar biasa ini,’” ujarnya.
“Akhirnya dengan teknologi ini kita membuktikan bahwa hal yang paling sederhana bisa digerakkan melalui teknologi. Bisa disentuh oleh teknologi. Karena harapannya eFishery memiliki ekosistem yang penuh dengan teknologi,” ujarnya.
Sesuai dengan BAKTI, eFishery ingin mengakses hal terkecil dan terpenting dalam digitalisasi perikanan. Misalnya, teknologi yang digunakan para petani dapat mengarahkan masyarakat sekitar untuk membeli ikan di badan air. Atau target skala besar – petani bisa menjual langsung ke pasar.
“Mungkin iya, mungkin ke Jakarta, kalau harganya masih jual, ada keranjangnya (tengah), ambil, ambil 1 ton, lalu jual,” ujarnya. dikatakan.
Hal tersebut terungkap dari pernyataan salah satu Kelompok Tani Tani (POKDAKAN) Margo Rejo Semarang Jaya di Kecamatan Palas, Kampung Bangunan, Desa 008, Lampung Selatan. Namanya Jasmo (53).
Jasmo menyebutkan, ada sekitar 20 petani di kawasan Palas. Pada saat yang sama, sekitar 11 petani aktif bekerja.
“Ya, masalahnya pakan itu mahal. Kalau masyarakat sudah tahu (eFeeder mencapai efisiensi pakan), maka kalau tidak, mereka seperti, ‘Mahal, mahal,’” ujarnya.
Jasmo mengakui masyarakat memerlukan waktu untuk beradaptasi. Namun karena manfaat perangkat IoT ini mulai terasa, Jasmo dan warga Desa Palas memutuskan untuk terus menggunakan eFeeder.
“Dulu empat bulan terakhir ikannya masih lima. Sekarang tidak lagi. Minimal tiga, paling kecil. Empat, tapi tidak banyak,” ujarnya usai menggunakan eFeeder lalu bercerita tentang perubahan positifnya.
Ada beberapa fitur unggulan yang ada di situs eFishery, antara lain toko ikan yang menjual hasil panen eFishery dengan harga sama dan bayar langsung, Pembelian pakan yang memudahkan peternak bertransaksi pakan dengan dua pilihan pembayaran: transfer atau Kabayan.
Kabayan merupakan fitur yang memungkinkan lembaga keuangan yang terdaftar dan diawasi OJK untuk melakukan pembelian feed dengan jangka waktu pelunasan hingga 6 bulan, yang dapat dibayarkan melalui fitur Billing.
Saksikan video “BAKTI Implementasikan IoT untuk Meningkatkan Produktivitas Tambak di Lampung” (ask/afr)