Jakarta –
Industri penerbangan global diperkirakan akan menghasilkan pendapatan lebih dari $1 triliun pada tahun 2025. Jumlah penumpang akan mencapai hingga 5 miliar.
Data tersebut dirilis Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) awal pekan ini, seperti dilansir CNN, Jumat (13/12/2024). IATA juga memperkirakan pendapatan maskapai penerbangan per penumpang akan meningkat menjadi sekitar $7 tahun depan dari $2,25 pada 18 bulan lalu.
Pendapatan per penumpang tahun ini diperkirakan sebesar US$6,40. Angka-angka tersebut menunjukkan kerugian pendapatan yang mengejutkan bagi industri yang telah mencatat kerugian selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2020 hingga 2022 akibat pandemi ini, yaitu sebesar hampir US$187 miliar.
Ketika permintaan perjalanan pulih secara signifikan setelah pencabutan pembatasan perjalanan di era COVID-19, profitabilitas industri penerbangan dengan cepat pulih, dan beberapa maskapai penerbangan mampu menaikkan harga tiket pesawat.
Tahun depan, maskapai penerbangan Timur Tengah memimpin dengan keuntungan sebesar $24 per penumpang, diikuti oleh maskapai penerbangan AS dengan $12 dan maskapai Eropa dengan $9.
IATA memperkirakan maskapai penerbangan di Afrika, Amerika Latin, dan Asia Pasifik akan memiliki pendapatan lebih rendah dibandingkan rata-rata industri.
CEO IATA Willie Walsh menyebut angka keuntungan yang “luar biasa” ini adalah kabar baik.
Dia juga mengatakan profitabilitas bersih industri ini masih “sangat tipis” sebesar $36,6 miliar dan bahwa “pemain utama” tidak akan membantu memperlambat laju pembangunan pesawat terbang, mengacu pada perencana Airbus dan Boeing.
“Masalah rantai pasokan berdampak besar pada basis biaya kami. Masalah ini tidak ada habisnya,” katanya.
Kekurangan pesawat yang kronis menyebabkan pesawat yang lebih tua dan kurang hemat bahan bakar membutuhkan waktu lebih lama untuk terbang, meningkatkan biaya pengoperasian dan pemeliharaan, serta berdampak negatif terhadap lingkungan. Saksikan video “Bertahan di Terpaan Ombak di Pantai Suluban Bali” (msl/fem)