Boyolali –
Sebuah candi ditemukan di Boyolali. Lokasinya berada di belakang rumah warga. Candi ini konon berasal dari zaman kerajaan Hindu-Buddha.
Kawasan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK). Salah satunya adalah pura yang berada di belakang perumahan penduduk.
“Hari ini kami menindaklanjuti laporan masyarakat atas temuan penyidikan di Desa Ringinlarik. Seharusnya kami ke dua tempat, namun akhirnya ke tiga. Hal lainnya adalah ditemukannya batu lumpang di kebun masyarakat. .” Kamis pekan lalu (10 Maret Jepang), kata Wardiyah, pakar budaya muda BPK Distrik X, di lokasi kejadian.
Kawasan BOD Hal pertama yang harus diperiksa adalah pembukaan pura di Dukuh Tawangsari.
Kuil ini terletak di taman belakang rumah Yoto Kirman. Ion, pecahan patung kaki, dan prajurit terakota juga ditemukan di sana. Di sebelah utara Yoni ditemukan pecahan batu putih atau padas, memanjang ke barat.
Tidak semua batuan yang digunakan untuk membangun candi merupakan batuan andesit. Ada beberapa batu berwarna putih atau batu padat.
“Sebagian besar jenis andesit,” kata Vardia.
BPK selanjutnya memeriksa mortir dan batu Kenteng yang ditemukan di tengah lapangan Toyo Sukeni. Lokasinya kurang lebih 500 meter sebelah barat Dukuh Tawangsari. Sangat dekat dengan tempat candi terakhir ditemukan.
Ada tiga mortir dan Kenten di medan perang. Vardia menduga lokasi ditemukannya tumpukan batu tersebut dulunya merupakan pemukiman.
Warga biasanya memanfaatkan blok-blok tersebut untuk mengolah hasil pertanian seperti beras dan jagung, ujarnya. Sedangkan Watu Kenteng sering dijadikan tempat memberi makan hewan.
“Mungkin dulunya kawasan pemukiman, karena kalau bicara tempat ibadah pasti ada yang merawatnya dan tinggal di sekitar (candi). Biasanya tempat seperti itu tanahnya subur,” jelas Vardia.
Tim BPK kemudian mengunjungi patung yang ditemukan di tengah lapangan warga Dukuh Mogol Kulon di Desa Ringinlarik. Patung tersebut terletak sekitar satu kilometer dari tempat ditemukannya Candi Dukuh Tawangsari.
“Kalau korelasi atau konteksnya, bisa dibilang mungkin dulu kawasan itu cukup padat. Karena wilayah penemuannya cukup luas, maka secara administratif sekarang hanya di satu wilayah desa saja, yakni wilayah desa. desa Ringinlarik,” kata Vardia.
Di kawasan Dukuh Tawangsari juga dekat dengan sumber air yang masih digunakan warga sekitar. Ada dua sumber air di ngarai dekat tempat ditemukannya candi.
“Yang dahulu dan apa sebutannya, pasti ada unsur keagamaannya. Utamanya karena di sisi Dukuh Tawangsari kita temukan ion-ion. Yuni jelas punya asal usul agama Hindu. Tapi struktur atau bangunan yang menyertai keberadaan ion-ion itu adalah Seperti apa, kami masih belum bisa menjawabnya,” jelas Vardia.
Fragmen kaki patung juga ditemukan di sekitar ion. Namun belum jelas siapa sosok tersebut. Adapun apakah penggalian prajurit dan kuda terakota itu ada hubungannya dengan candi, masih harus diselidiki. Ubin terakota terbuat dari tembikar dan berbentuk tabung, kemungkinan berupa saluran air.
“Kami belum tahu apakah prajurit terakota dan kuda itu ada hubungannya, tapi dari segi kedekatannya ya. Tapi prajurit dan kuda terakota juga ditemukan pada zaman Klasik, jadi apakah ada hubungannya, kami perlu penelitian lebih lanjut.” ujar Vardia.
Menurut dia, temuan yang dianggap sebagai warisan budaya itu berasal dari masa klasik Hindu dan Budha. “Yang bisa kami katakan hanyalah bahwa temuan ini berasal dari periode klasik Hindu-Buddha,” kata Vardia.
Vardia menambahkan, prasasti logam berisi mantra juga ditemukan di Desa Linjinlarik. Prasasti tersebut ditemukan pada tahun 2016, dan masih diperlukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara prasasti tersebut dengan candi.
Vardia mengatakan, hasil pemeriksaan akan dipelajari lebih lanjut di wilayah BPK
——–
Artikel ini muncul di ANBALI NEWSJateng.
Saksikan video “harta karun” Candi Parit Duku KCBN Muajamambi terungkap (wsw/wsw)