Jakarta –
Baru-baru ini, muncul kekhawatiran bahwa merebus mie instan dengan air keran mentah dapat menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh. Apalagi tidak semua daerah mempunyai sumber air bersih.
Ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini benar-benar aman, bahkan ada juga pendapat yang bertentangan bahkan mengaitkan efek merebus mie instan dengan air mentah terhadap kesehatan ginjal.
“Guys, beneran bisa masak pasta pakai air keran? Baru pertama kali aku masak pasta di kos-kosan pakai air galon, dan siapa tahu ternyata bisa pakai air keran,” tanya User X melalui salah satu menfess. akun, seperti yang dilihat ANBALI NEWSum, Senin (9/12/2024).
Pengguna lain
Apakah benar menyebabkan batu ginjal?
Dokter spesialis penyakit dalam dr Aro Ariadno, SpPD-KGEH, membantah anggapan tersebut. Selama airnya tidak berwarna dan tidak berbau, maka aman digunakan untuk merebus mie instan seperti biasa. Artinya, Anda tidak harus selalu menggunakan galon air atau minuman kemasan.
Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara risiko batu ginjal antara air sadah dan air lunak.
Sebenarnya tidak ada hubungan antara air mentah dan mie instan rebus. Ini penipuan penyebab batu ginjal, jelasnya saat dihubungi ANBALI NEWS, Senin (9/12/2024).
Lanjutnya, “Bukan itu alasannya. Batu ginjal disebut juga batu ginjal, nefrolitiasis, atau urolitiasis, dan merupakan endapan keras yang terdiri dari mineral dan garam yang terbentuk di ginjal seseorang.”
Penyebab paling umum dari batu ginjal adalah kekurangan cairan atau dehidrasi, yang membuat urin menjadi pekat. Oleh karena itu, tidak adanya air di dalam tubuh menyebabkan mineral sulit larut dalam urin sehingga mengkristal dalam bentuk batu ginjal.
Faktor pemicu batu ginjal yang paling umum juga dikaitkan dengan makanan tinggi garam. Mengonsumsi terlalu banyak makanan tinggi garam meningkatkan jumlah kalsium yang disaring oleh ginjal. Ketika dikombinasikan dengan kotoran darah lainnya, kalsium secara spontan mengkristal dan membentuk batu. Saksikan video “BPJS Jamin Akses Pelayanan Kesehatan di Seluruh Indonesia” (naf/suc)
