Kering –
David Sandow tersambar petir malam itu. Pada jam 11 malam, dia terbangun karena mendapat panggilan telepon bahwa putra dan cucunya telah diracuni dengan metanol.
Saat diwawancarai 9News, Selasa (21/7/2024), David, warga negara Australia, mengaku mendapat telepon dari seseorang di luar negeri bahwa anak dan cucunya menderita epilepsi. Anak Tania menderita anemia sebelum kecelakaan itu.
“Ketika Anda mendapat telepon, ya, jam 11 malam, putri Anda mengatakan bahwa dia dan putrinya diracun dan berada di rumah sakit, itu seperti mimpi buruk,” kata David.
Cucu perempuannya Georgia Sandow, 19, dan putrinya Tanya, 49, dibawa ke rumah sakit pada Sabtu malam. Mereka sakit dan muntah-muntah setelah minum di resor mewah Warwick di Coral Coast.
Tak hanya ibu dan anak Sand yang mengalami mual dan muntah, lima tamu lainnya juga mengalami penderitaan serupa. Mereka berdua meminum pina coladas, cocktail rum, santan, dan jus nanas, biasanya dicampur dengan es atau dikocok. Saat itu, koktail tersebut diduga beracun.
Para tamu di resor juga gemetar. Mereka mengatakan Georgia dan Tanya tampak bersahabat dengan dua turis Australia lainnya dan satu wanita Amerika (AS).
Mereka minum bersama. Namun, tiba-tiba mereka jatuh ke tanah. Bahkan, salah satunya mengalami pendarahan di bagian telinga.
Para korban dibawa ke rumah sakit di Sigatoka, dan kemudian dipindahkan ke rumah sakit Lautoka di sebelah barat pulau.
Seorang saksi mata mengatakan kepada Herald: “Mereka berada di kolam bersama kami saat itu dan mereka semua memesan minuman yang sama dan saat itu sekitar jam 1 siang pada hari Sabtu.”
“Teman-teman saya mulai mengalami serangan pada jam 5 sore,” tambahnya. Mereka segera membawa kami ke Rumah Sakit Sigatoka. “Mereka semua pingsan atau mengalami kejang ringan.”
“Kondisinya kritis dan hari ini dia stabil,” kata seorang saksi mata.
Saksi lain mengatakan korban mengalami kejang, gemetar, dan kejang setelah meminum pina cola pada Sabtu sore. “Ciri-ciri perubahan iklim menjadi semakin nyata, dan wilayah pesisir Fiji semakin mengkhawatirkan” (bnl/fem)