Ngeri! Grup Telegram Berisi 70 Ribu Pria Berbagi Tutorial Mesum

Jakarta –

Investigasi mengejutkan mengungkapkan bahwa platform perpesanan Telegram memiliki grup yang terdiri lebih dari 70.000 pria dari seluruh dunia yang menawarkan konten obrolan yang menjurus ke arah seksual.

Menurut ANBALI NEWSINET International Business Times, Minggu (12/1/2025), mereka diketahui sempat membahas pelajaran seks dan pemerkosaan serta membagikan video seks di grup chat.

Temuan ini memicu kemarahan luas dan menyerukan peraturan yang lebih ketat terhadap platform online.

Investigasi yang dilakukan oleh ARD, jaringan penyiaran publik terbesar di Jerman, mengungkap keberadaan kelompok telegram, di mana kelompok tersebut berbagi gambar dan video langsung dari serangan tersebut dan memberikan instruksi rinci untuk melakukan kejahatan tersebut.

Anggota yang sebagian besar berbahasa Inggris membahas cara-cara untuk menargetkan perempuan di keluarga mereka, termasuk istri, pacar, ibu, dan saudara perempuan.

Menurut The Telegraph, para anggota bahkan menyediakan tautan ke toko online yang menjual obat penenang yang disamarkan sebagai produk sehari-hari seperti produk perawatan rambut untuk memfasilitasi serangan mereka. Menurut laporan, salah satu peserta membual kepada istrinya bahwa dia telah menggunakan narkoba dan memperkenalkannya kepada pria lain.

Didirikan pada tahun 2013 oleh miliarder teknologi Rusia Pavel Durov, Telegram mendapat sorotan karena gagal mengatur konten yang terkait dengan aktivitas kriminal.

Aplikasi perpesanan ini, dengan lebih dari 950 juta pengguna, populer karena enkripsinya yang kuat dan penolakan untuk membagikan data pengguna dengan lembaga pemerintah.

Namun pendekatan ini menjadi surga bagi perdagangan narkoba, eksploitasi seksual anak dan aktivitas ilegal.

Meskipun mengklaim tidak memiliki kebijakan toleransi terhadap konten ilegal, Telegram mendapat kritik karena tidak adanya tindakan.

Menurut Reuters, platform tersebut telah berulang kali menolak inisiatif seperti National Center for Abused and Exploited Children (NCMEC) dan Internet Watch Foundation (IWF), yang berupaya mengidentifikasi dan menghapus konten berbahaya.

Telegram juga menolak berpartisipasi dalam program pornografi balas dendam.

Pavel Durov, pendiri Telegram yang kontroversial, ditangkap pada Agustus 2024 atas tuduhan membantu dan bersekongkol dalam kejahatan melalui moderasi platform yang tidak tepat. Meski dibebaskan dengan jaminan, Durov masih menunggu persidangan.

Temuan penelitian ini konsisten dengan pola kekerasan yang lebih luas. Menurut Cambridge Rape Crisis Centre, satu dari empat wanita berusia 16 hingga 74 tahun di Inggris dan Wales telah mengalami pelecehan seksual setidaknya satu kali.

Perempuan mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan orang terdekatnya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mereka kenal 46% lebih mungkin melakukan pemerkosaan terhadap pasangan intimnya.

Skala kekerasan menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan intervensi komprehensif untuk mengatasi akar penyebab kekerasan dan memberikan bantuan kepada para korban.

Pengungkapan mengenai kelompok-kelompok Telegram ini menyoroti kebutuhan mendesak akan kerja sama internasional untuk mengatur platform online dan mencegah penyalahgunaannya.

Undang-undang Keamanan Online Inggris tahun 2023, yang bertanggung jawab melindungi pengguna platform media sosial dari konten ilegal, merupakan langkah ke arah yang benar. Namun, tanpa implementasi global yang konsisten, inisiatif tersebut akan gagal.

Penggunaan aplikasi pesan terenkripsi untuk memfasilitasi kejahatan yang diidentifikasi dalam penyelidikan ini mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam menyeimbangkan privasi dan keselamatan publik.

Ketika pemerintah dan organisasi bergulat dengan kompleksitas ini, kebutuhan akan kebijakan yang kuat dan dapat ditegakkan semakin meningkat.

Tonton Video: BNPT Ungkap Spyware Paling Berharga Buatan Teroris (jsn/jsn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top