Jakarta –
Mobil mewah kini masuk dalam daftar barang yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12%. Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan apakah BMW, pemimpin segmen premium di Indonesia, akan terdampak?
Saat dikonfirmasi ANBALI NEWSOto, Direktur BMW Group Indonesia Peter “Sunny” Medala mengaku pihaknya tidak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruh kebijakan tersebut.
“Kami tidak bisa mengatakan bahwa kami tidak terpengaruh. Jadi, bagaimanapun, kami memahami bahwa pemerintah juga punya tujuan masing-masing, jadi kami harus mengikutinya,” kata Sunny menjawab pertanyaan ANBALI NEWSOta pada konferensi pers tahunan BMW dan Outlook 2025, Jumat (17/1/125) lalu.
Kenaikan PPN dari 11 menjadi 12 persen juga tercermin pada harga eceran kendaraan BMW. Meski demikian, BMW Group Indonesia sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi peningkatan tersebut.
“Pada akhirnya (kenaikan) PPN akan menyesuaikan harga eceran kita.” Tapi ya, kami telah membuat banyak program eksklusif untuk memastikan pengeluaran bulanan Anda bahkan uang muka tidak terlalu terpengaruh,” kata Soni.
Meski terdampak kebijakan perpajakan, BMW Group Indonesia tetap optimistis dengan penjualan di tahun 2025. Mereka juga menunjukkan kepercayaan terhadap pemerintahan baru yang dinilai proaktif dalam menjaga stabilitas ekonomi.
“Kami sangat optimis. Kami tetap (BMW selalu) optimis, kami punya pemerintahan baru di sini dan pemerintah ini selalu berusaha menstabilkan perekonomian, jadi kami akan selalu ada di sini (di Indonesia),” kata Soni.
“Pesannya selalu sama, kami hadir untuk bertahan, meski saya tahu terkadang perekonomian butuh waktu, tapi secara keseluruhan di Indonesia kami yakin akan terus berkembang,” tutupnya.
Perlu diketahui, di tahun 2024 ini BMW Indonesia berhasil mencatatkan prestasi gemilang. Sebanyak 3.792 kendaraan BMW berhasil dikirimkan ke pelanggan dan menguasai 34% pangsa pasar mobil premium di Indonesia. Saksikan video “Video: Pemerintah berikan insentif PPN Rp 265,6 T untuk pendidikan bahan pokok” (mhg/rgr)