Jakarta –
Satu dari lima anak di Indonesia menderita anemia. Meski secara nasional angka kejadian anemia pada anak mengalami penurunan hingga 20 persen, namun data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan beberapa daerah masih mencatat angka kejadian anemia sebesar 50 hingga 70 persen.
Direktur Jenderal Kesehatan Dasar dan Sosial Maria Anding Sumewi mengatakan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan peningkatan kasus anemia tertinggi. Tahun lalu, berdasarkan hasil tes, sekitar 40 persen anak-anak di sekolah dasar kelas lima dan sekolah menengah pertama di kelas tujuh menderita anemia.
Maria mengatakan dalam diskusi bersama, Selasa (21/1/18), “Semua ini terjadi karena adanya perubahan cara makan, sekarang banyak iklan yang menentang cara makan sehat, oleh karena itu menjadi sulit bagi keluarga rentan untuk memilih makanan bergizi.” ) 2025).
Pemerintah juga berupaya mengadakan kegiatan pengumpulan darah rutin yang dilakukan seminggu sekali. 1 siswa SMP dan 1 SMA dari Kementerian Kesehatan RI juga melakukan tes hemoglobin.
Akibatnya, ada daerah yang mengalami penurunan, dan ada pula yang menunjukkan tren sebaliknya.
Tren gizi di kalangan generasi muda juga relatif mengkhawatirkan. 32 persen remaja mengonsumsi makanan tinggi garam, 78 persen mengonsumsi makanan bercita rasa tinggi, dan 65 persen anak mengeluh bahkan tidak sarapan.
Malnutrisi menyebabkan anemia pada anak. Sebuah sekolah di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga melaporkan bahwa 70 persen siswanya menderita anemia karena kurangnya sumber makanan dalam kondisi kesulitan ekonomi. Tonton video “Video: Gizi Buruk Penyebab Utama Pneumonia pada Anak” (naf/kna)