Mewariskan Budaya Betawi: Mau Tidak Mau Harus Adaptasi

Jakarta –

Kebudayaan Betawi sedang mengalami perubahan. Masyarakat berusaha mempertahankannya dengan beradaptasi dengan kondisi saat ini.

Masyarakat Betawi berusaha melestarikan budayanya dengan berbagai cara mulai dari seni hingga makanan. Kunjungi media sosial. ANBALI NEWSTravel mengunjungi Kampung Budaya Betawi di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan pada Jumat (11/10/2024). Di sana, selain melihat dan mendalami budaya dan sejarah Betawi, Anda juga bisa menikmati suasana dan bersantai di pinggiran Setu.

Bertemu dengan warga yang sudah 42 tahun tinggal di kawasan itu, Dede mengatakan, budaya Betawi di kawasannya tidak lagi seperti saat ia masih kecil atau apa yang diajarkan orang tuanya.

“Dulu masyarakat Betawi menganut tradisi budaya Betawi seperti perpindahan, aqiqah, serbuan tanah, potong rambut, nikah dan khitanan, dan auranya lebih baik saat ini,” kata Dede sambil bersandar di pinggir Jas.

Saat ini, tradisi-tradisi tersebut masih ada yang dipraktikkan, namun banyak yang sudah meninggalkannya, kata Dede. Kalaupun dilakukan, terkadang hanya berupa prosesi.

Dede mencontohkan tradisi berpindah-pindah Betawi. Ketika saya masih muda, pindah rumah berarti pindah rumah. Cara ini bisa dilakukan karena dahulu rumah di Betavi terbuat dari kayu dan jalannya lebar sehingga bebas bergerak mengikuti rumah tersebut. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan saat ini. Kini proses transisinya disederhanakan.

“Sekarang kalau kita pindah ke sini, kalau kita pindah, tanahnya kita ambil dari rumah kita sekarang. Jadi kita ambil segenggam tanah ke tempat yang ingin kita pindahkan dan taruh di sana.

Pada saat yang sama, budaya dalam aspek artistiknya jarang ditampilkan. Untungnya pertunjukan kesenian Betawi banyak dipelihara di sanggar tari dan silash. Salah satunya terletak di kampung budaya Betavi.

Kalau tidak dilakukan, bisa punah, ujarnya. Mengubah model penguatan budaya pada masyarakat Betawi

Beki Mardani, direktur eksekutif Lembaga Kebudayaan Betawi, menyebut Jakarta sebagai hotspot bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Akibatnya, perpaduan budaya Jakarta yang begitu kuat membuat masyarakat lokal Betawi terdesak ke pinggiran kota.

Namun, Beki mengatakan, penelitian menunjukkan budaya Betawi masih dominan meski secara demografis tidak begitu menonjol seperti dulu.

“Meski Betawi tidak menonjol atau nomor satu secara demokratis, namun budayanya masih dominan. Jadi orang-orang non Beta ikut kegiatan seperti Maulid karena di lingkungan Betawi juga diajak. “Betawi”-ucapnya

“Ternyata menurut penelitian, salah satu objek yang melanggengkan budaya Beta adalah pernikahan antar ras secara internasional. Dan jumlah ini merupakan yang tertinggi dibandingkan etnis lain. Mengapa? Begitulah sifat banyak orang Betawi yang menikah dengan Patang, kebanyakan orang Sunda, kebanyakan orang Jawa, dan Batak. Sebab, nilai-nilai budaya Betawi terbuka untuk diterima, kata Beki. Saksikan video “Ayo Cari Tahu! Cara Membuat Ondel-ondel ala Kampung Setu Babakan” (upd/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top