Jakarta –
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong masuknya susu ikan ke dalam program andalan Presiden terpilih Prabowo Subianto, Makanan Gratis Bergizi (MBG). Mengapa menggunakan susu ikan?
CEO Give Protein Maqbulatin Nuha menjelaskan, 81% masyarakat Indonesia kekurangan protein dan asupan protein harian ini masih jauh di bawah anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Kami melakukan survei terhadap 65.000 responden pada tahun 2022 dari 300 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dimana kami menemukan fakta yang cukup mengejutkan kami, bahwa 81% masyarakat Indonesia kekurangan protein,” kata Maqbulatin di Gedung Bj Habibie Brin, Jakarta , Rabu -Jumat (09/10/2024) “Asupan harian masyarakat adalah 40 gram per orang per hari, padahal yang dianjurkan Kementerian Kesehatan adalah sekitar 57 gram per orang per hari,” lanjutnya.
Menurutnya, hal tersebut merupakan fakta yang sangat mengkhawatirkan, apalagi mengingat sumber daya alam laut Indonesia yang melimpah. Ia masih bertanya-tanya mengapa defisit protein masih terjadi di Indonesia.
Maqbulatin berpendapat, jika berbicara tentang dwarfisme dan nutrisi, hal pertama yang akan ditonjolkan adalah asupan protein hewani. Sejak saat itu, menurutnya, protein terbaik berasal dari ikan.
“Masyarakat Indonesia masih belum memahami pentingnya protein, dalam artian kalau makan biasanya lauknya sedikit, tapi nasinya banyak. Dan perilaku tersebut harus benar-benar kita ubah dengan mengenalkan bahwa pada akhirnya protein terbaik sebenarnya berasal dari ikan”, lanjut Maqbulatin dengan produk Surikan yang mampu memproduksi susu ikan dengan kapasitas hingga 75 ton susu ikan per bulan. Nilai tersebut setara dengan 3.750.000 botol kemasan 125ml. Sejalan dengan itu, susu ikan diharapkan dapat menjadi bagian dari program makanan bergizi dan susu sapi gratis yang dicanangkan pemerintah Indonesia selanjutnya, namun lebih sebagai alternatif sumber protein, sebuah pilihan di tengah ketergantungan produk impor. Di Indonesia, saat ini susu dan daging sebagian besar masih dipasok melalui impor, padahal kita mempunyai potensi besar untuk mendukung kemandirian protein nasional dari sumber laut yang melimpah”, tutupnya. (fdl/fdl)