Jakarta –
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto mematok target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Salah satu sektor yang perlu didorong untuk mencapai tujuan tersebut adalah pariwisata.
Berdasarkan data tahun 2022, industri pariwisata mencapai 4,3 persen atau Rp 842.303,16 miliar, devisa pariwisata mencapai 4,260 juta dollar AS, dan pada tahun 2021 menyerap 21,26 juta tenaga kerja wisatawan.
Selain itu, berdasarkan laporan Kementerian Luar Negeri, jumlah wisman hanya mencapai 10,41 juta orang pada November 2023. Jumlah target Kemenparekraf hanya 8,5 juta.
Bambang Haryo Sokartono, Anggota Komisi ke-7 Republik Demokratik Rakyat Korea, mengatakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, pemerintah perlu mendukung pembangunan berkelanjutan industri pariwisata pada tingkat tertinggi.
“Kita tidak bisa puas dengan datanya, mungkin benar. Pertumbuhan ekonomi akan mencapai 7-8 persen, ya kita akan bekerja keras, ini pesan Pak Prabowo. Kita harus pelajari sektor apa. menjadi 8 persen,” kata Bambang Haryo 10 Said dari Jakarta pada 27/2024.
Salah satu bidang yang dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pariwisata. Hal ini karena industri pariwisata mempunyai dampak ekonomi multifaset yang spesifik terhadap sektor lain seperti sektor manufaktur, UKM, dan sektor jasa. Jika sektor-sektor tersebut tumbuh, pasti akan menciptakan lapangan kerja yang besar dan meningkatkan perekonomian. Belum lagi menambah porsi penerimaan pajak negara.
“Saat ini wisata kita belum mencapai puncaknya. Kita punya banyak wisata alam dan budaya yang tidak dimiliki beberapa negara lain. Misalnya saja di bidang wisata alam. Kita punya ratusan gunung aktif, 127 gunung dan gunung. .Tidak aktif, 500 gunung “Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Gunung-gunung tersebut menghasilkan ribuan air terjun, serta arung jeram dan jeram,” ujarnya.
“Dan sepanjang garis pantai kita sepanjang 81.290 km, 40 persennya bisa dimanfaatkan untuk wisata pantai dan laut, snorkeling, dan diving. Banyak negara seperti Prancis dan Thailand yang tidak memilikinya,” jelasnya.
Banyak negara yang hanya mengandalkan wisata budaya dan sedikit wisata alam yang mampu menarik wisatawan asing, kata Bambang.
“Di negara ini mereka hanya punya wisata budaya. Sementara wisata alam sangat sedikit. Tapi Prancis menjangkau 200 juta wisatawan asing yang rata-rata menginap 6,4 malam per tahun. Begitu pula Thailand yang banyak wisata alamnya. Setidaknya , wisata budaya harus lebih banyak menggali potensinya, tegasnya.
Dengan demikian, mampu menarik 39 juta wisatawan internasional dengan masa menginap 9 malam dan mendukung 205 juta perjalanan domestik setiap tahunnya. Selain wisata budaya, Thailand menawarkan perpanjangan visa gratis selama 60 hari ke 93 negara di seluruh dunia. Tarif kamar domestik juga disubsidi sebesar 50 persen. “Oleh karena itu, kami berharap perekonomian pariwisata tumbuh pesat di dalam negeri dan luar negeri,” tegasnya.
“Wisata budaya kedua negara ini jauh lebih rendah dibandingkan potensi wisata budaya Indonesia. Misalnya Thailand hanya punya 4 kerajaan, Prancis hanya punya 1 kerajaan. Sedangkan 80 tahun lalu, Indonesia punya 278 kerajaan dan 1.340 kebangsaan. Kelompok merupakan sumber daya potensial. Wisata budaya di Indonesia,” imbuhnya.
Tujuan menarik wisatawan mancanegara ke Indonesia harusnya jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand atau Prancis. Saat ini, 10-15 juta wisatawan asing datang ke Indonesia setiap tahunnya dan mereka melakukan perjalanan selama 7 malam.
“Jika jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia sama atau melebihi Thailand, maka kita bisa melipatgandakan devisa pariwisata kita yang saat ini sebesar US$14 miliar atau Rp 217 triliun. Artinya pariwisata kita akan ke luar negeri. Kita akan tingkatkan potensi pariwisata Indonesia, imbalannya kita dapat untung lebih dari Rp 1.000 triliun. Kita bisa dapat untung,” kata Bambang Haryo. (rd/rir)