Pegawai Komdigi Tersangka, Pengamat: Pengawasan Rendah dan Serakah

Jakarta –

Polisi menetapkan dua tersangka baru pembukaan situs judi online yang melibatkan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Saat ini, total ada 16 orang yang ditetapkan sebagai terdakwa dalam kasus tersebut.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan, dua tersangka ditangkap pada Minggu (3/11/2024). Sebelas terdakwa merupakan pegawai Komdigi, sedangkan 5 lainnya merupakan warga sipil. “Kami menangkap dua tersangka lagi, sehingga jumlah tersangka menjadi 16 orang,” kata Cade Carey.

Menanggapi hal tersebut, Kamilov Sagala yang merupakan pengamat dan Ketua Umum PERATIN (Asosiasi Advokat Teknologi Informasi se-Indonesia) mengatakan, Komdigi atau Kominfo selama ini mengabaikan pengawasan internal. Menurut dia, persiapan para pelaku ternyata membutuhkan waktu yang lama karena mereka punya kantor sendiri, bahan-bahan yang dibutuhkan, dan biaya yang besar untuk melakukan aksinya, namun tidak dengan itu.

Ia juga menyoroti tudingan pemeriksaan internal yang tidak berjalan di Komdigi. Faktanya, aliran uang dari perjudian online dapat dilacak. Perubahan gaya hidup karyawan juga harus diperhatikan.

“Di mana uangnya, kiriman uangnya, yang sebenarnya diterima, misalnya PPATK. (lalu) perkembangan image para pekerja yang bekerja di sana, banyak perubahan gaya hidup, pakaiannya, mobilnya.” .

Oleh karena itu, menurutnya, inspektur internal Komdigi tidak memperhatikan dan hanya menerima laporan tersebut tanpa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Bisa juga pimpinan hanya mendapat informasi dari bawahan, misalnya beberapa juta akun judi online yang katanya dihapus, namun tidak diusut dengan baik.

Pemain casino online bisa masuk Komdigi dengan berbagai cara, misalnya dengan berkenalan atau berinisiatif. Kamilov juga mengkritisi beberapa pekerja yang ingin cepat kaya, seperti fleksibilitas, dan akhirnya ikut serta dalam pembangunan perjudian internet karena tergiur oleh uang dan keserakahan. Meski gajinya tinggi.

“Gajinya sejahtera sekali, bagus sekali. Ini keserakahan, godaannya besar, karena triliunan (transaksi),” imbuhnya. Untuk itu, dia menyarankan agar Komdigi lebih berhati-hati dalam pemilihan personel yang ditugaskan dalam peniadaan perjudian online dan seleksi yang ketat.

“Ini adalah upaya untuk menghancurkan dari dalam. Jika kekuatan-kekuatan ini memasuki perang ini, mereka semua akan mati,” ujarnya. Oleh karena itu, desain interior sebaiknya dilakukan dari A sampai Z.

Lebih lanjut, apa yang menurut jajaran Komdigi dilakukan untuk melindungi situs judi online adalah hal yang tidak biasa karena sudah direncanakan sejak lama dan dilakukan secara internal. Ia pun berharap hukuman yang dijatuhkan padanya bisa lebih berat.

Sebaliknya, menurutnya, perjudian internet di Indonesia bisa diberantas asalkan ada kerja sama yang baik antar lembaga, risiko, dan integritas. Dengan tersedianya sumber daya manusia dan peralatan, maka perjudian online ini harus ditelusuri asal usulnya dari pihak-pihak seperti Komdigi, PPATK, polisi, dan kejaksaan. Simak video “Video: Pendukung Judi Online di IG, Dua Gadis Sukabumi Ditangkap Polisi” (fyk/rns)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top