Jakarta –
Muhammad Risma, mahasiswa Program Pendidikan Teknologi Informasi Universitas Kantor Presiden (TI) angkatan 2021 berhasil meraih penghasilan sebesar USD 10.000 atau sekitar Rp 140 juta dari Google dan Direktur Departemen Pendidikan Tinggi (Dikti). Pendidikan dan Kebudayaan.
Risma, pemuda dari luar, perbatasan, dan daerah tertinggal (3T) Kabupaten Kapuas Hulu, sebuah kabupaten terpencil di Kalimantan Barat di perbatasan Malaysia, mengembangkan SkinCheck.AI, sebuah aplikasi seluler yang menggunakan pengukuran AI dan verifikasi ahli untuk menganalisis kulit. masalah dan merekomendasikan solusi pengobatan yang tepat.
Inovasi ini mengantarkan Risma dan tim menerima dana inkubasi ratusan juta dolar dari Google dan Dikti.
“Saya bangga dan bersyukur menjadi bagian dari tim yang sukses menerima pendanaan sebesar 140 juta Rupiah dari Google dan Dikti. Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan kekuatan dan inovasi kami, tetapi juga penting bagi kami para mahasiswa,” kata Risma dalam sebuah pernyataan. siaran pers.
Risma yang memiliki IPK sempurna 3,90 ini mengatakan, dengan tekad dan minat yang besar terhadap teknologi, ia mampu mewujudkan idenya. Dijelaskannya, pendidikan di President University menjadi kunci keberhasilan tersebut.
Mengkhususkan diri pada Artificial Intelligence, dalam konteks ini Risma memiliki landasan di bidang AI melalui kursus ekstensif dan bimbingan dari manajer berpengalaman, sehingga memudahkan proses transisi SKS dan memberikan saran dan bimbingan praktis.
“Semua hal ini menjadi sumber daya yang besar bagi saya untuk mengembangkan Skincheck.AI dan menciptakan solusi teknologi yang memberikan dampak nyata,” kata Risma.
Dengan project yang dibuatnya yaitu Skincheck.AI, ia berharap dapat melanjutkan pengembangan aplikasi yang ia buat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya dalam hal kesehatan.
Risma berharap proyek ini tidak berhenti pada tahap rehabilitasi saja, namun bisa diimplementasikan secara nyata dan membantu lebih banyak masyarakat menemukan permasalahan kulit sejak dini.
“Saya berharap banyak mahasiswa President’s University yang berani bermimpi besar, mengembangkan passionnya, dan mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang saya dan tim lihat. Untuk hal-hal yang lebih dibutuhkan masyarakat,” kata Risma.
Sekadar informasi, Risma, anak bungsu dari tiga bersaudara yang besar di kawasan perbatasan 3T Kalimantan ini, memiliki minat pada bidang teknologi dan ilmu komputer selain pengembangan web.
Pada tahun 2023, Risma bergabung dengan Universitas Bangkit untuk memperkuat keterampilan dan pengetahuannya serta mendapatkan sertifikat TensorFlow Developer (TFD).
Risma berspesialisasi dalam pembelajaran mesin. Di Bangkit Academy tanpa aplikasi SkinCheck.AI. Risma mampu menciptakan dua model AI: satu untuk mendeteksi penyakit mata dan satu lagi untuk mengetahui tingkat keparahan katarak.
Tujuannya adalah membantu masyarakat yang menghadapi kendala finansial atau hambatan lainnya untuk mendapatkan diagnosis masalah mata melalui satu program.
Sebagai ilmuwan data junior, ia mengembangkan chatbot pribadi menggunakan model bahasa skala besar (LLM) untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menyederhanakan penemuan konten.
Chatbot ini dirancang untuk digunakan di WhatsApp, dengan mempertimbangkan luasnya penggunaan dan aksesibilitas platform ini. Oleh karena itu, pengguna dapat berinteraksi dengan chatbot untuk mengajukan pertanyaan, memantau kemajuan dokumen, dan menerima tanggapan yang dipersonalisasi.
Saat ini Risma bekerja di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui program magang dari Presiden dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud).
Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset dan Inovasi Universitas Kantor Presiden, Dr. Adhi Setyo Santoso, S.T., MBA., mengucapkan terima kasih kepada Risma yang berhasil memenangkan kompetisi dan melewati segala rintangan.
“Kami bangga dengan keberhasilan Risma. Beliau adalah mahasiswa berbakat yang fokus di bidang teknologi dan AI,” kata Dr. Adhi.
(Agustus/Agustus)