Jajan-Jajan di Sabang, Makanan Bolehlah, tapi Macet dan Klakson Bikin Tak Nyaman

Jakarta –

Jalan Sabang menjadi tujuan para pekerja kantoran di Jakarta dari siang hingga malam hari. Segala jenis makanan dijual, tapi mobil terus membunyikan klakson, dan itu menjengkelkan.

Jalan Sabang di Jakarta Pusat ramai dikunjungi wisatawan mulai pukul 16.00 setiap harinya. Wisatawan bisa menemukan beragam makanan mulai dari berat hingga ringan. Pedagang kaki lima berjejer di jalanan, menawarkan beragam makanan Indonesia dalam masakan Barat. Ini wajib dikunjungi bagi pecinta kuliner di kota besar.

Bagi pelancong dari Jabodetabek, jalan menuju Jalan Sabang mudah. Setelah transfer di Stasiun Manggarai, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan KRL menuju Stasiun Gondangdia. Dari sana, hanya perlu beberapa menit menggunakan taksi online atau jalan kaki untuk mencapai destinasi kuliner ini. Banyak wisatawan yang melakukan perjalanan jauh atau menaiki bus untuk merasakan nikmatnya Sabang.

Aulya, pengunjung asal Bogor, punya banyak pilihan tempat makan di Sabang.

Makanannya beragam, mulai dari jajanan hingga makanan berat. Harganya sesuai dengan PKL kebanyakan. Tempatnya juga bersih, katanya.

Meski demikian, Sabang bukannya tanpa masalah. Salah satu masalah terbesar yang sering dikeluhkan wisatawan adalah masalah lalu lintas. Wala, salah satu operator bus yang bekerja di kawasan tersebut, mengaku minimnya lahan parkir kerap menyebabkan kemacetan.

“Parkirnya hanya di depan, jadi bisa untuk mobil. Dulu di bioskop Jakarta ada tempat parkir yang dibuka untuk umum, tapi terlalu jauh dan mobilnya satu arah, wisatawan tidak ‘Tidak, aku ingin parkir di sana,’ katanya.

Meski demikian, Wala meyakini Sabang merupakan tempat yang aman dan menyenangkan untuk dikunjungi.

Selain kendala lalu lintas, pengunjung juga mengeluhkan minimnya toilet umum di kawasan tersebut. Banyak orang terpaksa masuk ke toko kelontong untuk menggunakan toilet. Hal ini menyulitkan wisatawan untuk datang dan menikmati jajanan pinggir jalan tanpa tempat makan lain.

“Mungkin harus diperbanyak tempat umum seperti toilet agar para tamu bisa merasa nyaman,” kata seorang tamu yang enggan disebutkan namanya.

Meski begitu, Sabang tetap menjadi tujuan wisata populer sejak lama. Wala menuturkan, kawasan tersebut sempat ramai sebelum tahun 2000, meski tidak sama seperti sekarang. “Dulu orang banyak berjualan, tapi sekarang tidak seperti itu. “Mungkin mulai beroperasi sekitar tahun 2000, banyak pedagang di jalan yang menjual makanan berbeda-beda,” kata Wala.

Beragam komentar pengunjung lain menunjukkan betapa berbedanya kuliner Sabang. Fira, pengunjung asal Manado, mengatakan meski tidak ada makanan ala Manado di sini, namun tetap memiliki hidangan khasnya.

Walaupun biasanya makanan di sini saya dapat dari tempat lain, tapi ada beberapa yang hanya saya coba di Sabang,” kata Fira.

Meta yang berasal dari Solo punya pemikiran yang sedikit berbeda. Menurutnya, meski makanan di Sabang banyak, namun jenis makanan seperti ketoprak, martabak, dan kuliner Lamongan hanya sedikit.

“Iya, pangan masih kekurangan, tapi harganya wajar,” kata Meta.

Mereka meyakini Sabang merupakan destinasi yang bagus bagi pecinta jajanan kaki lima dengan harga yang terjangkau.

Sabang tidak hanya menawarkan masakan Indonesia, tapi juga masakan barat. Para tamu dapat menemukan beragam pilihan, mulai dari masakan Indonesia kuno hingga masakan Barat modern.

Keberagaman ini menjadikan Sabang destinasi yang sempurna untuk semua selera, baik bagi pecinta makanan tradisional maupun bagi mereka yang ingin mencoba masakan internasional.

Rafly, pengunjung lainnya yang berasal dari Manado, mengatakan alasan utamanya datang ke Sabang karena ingin mencoba berbagai jenis makanan yang tersedia di sana.

“Saya datang ke sini karena ingin mencoba berbagai jenis makanan yang ada di sini. Sabang memberi saya banyak pilihan,” ujarnya.

Meski berbeda, ada tempat menambah variasi makanan di Sabang. Beberapa wisatawan berpendapat bahwa Sabang akan lebih baik jika memiliki lebih banyak makanan dari berbagai daerah di Indonesia, daripada makanan yang ditemukan di daerah lain. Dengan memadukan cita rasa kuliner dari berbagai tempat.

Namun, Sabang memiliki banyak daya tarik bagi pecinta kuliner. Banyak wisatawan yang kembali ke tempat ini karena cuacanya yang nyaman dan hangat, menurut Aulya.

“Kalau saya kembali ke sini pasti karena tidak ada di luar angkasa. Sabang selalu ramai dan hangat sehingga membuat kami betah berlama-lama,” ujarnya.

Dengan sejarah sejak tahun 2000, Sabang telah berkembang menjadi pusat kuliner yang menawarkan beragam masakan. Meskipun terdapat beberapa kendala seperti kemacetan dan tempat keramaian, Sabang tetap menjadi destinasi kuliner yang wajib dikunjungi bagi mereka yang berkunjung ke Jakarta.

Oleh karena itu, bagi wisatawan yang mencari kuliner autentik di Jakarta, Sabang adalah pilihan yang tepat. Dengan suasananya yang semarak dan beragamnya makanan yang tersedia, Sabang memanjakan lidah dan perut setiap orang yang datang. Tonton video “Martabak Red Velvet dan Sate Kulit Telur” (fem/fem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top