Jakarta –
Resepnya dilengkapi dengan peringatan untuk tidak memberikan teh kepada anak-anak karena minuman tersebut telah viral di media sosial. Saran tersebut menyebutkan bahwa kebiasaan memberikan teh pada anak dapat mengganggu penyerapan zat besi sehingga meningkatkan risiko anemia.
Menurut postingan tersebut, zat besi memiliki banyak manfaat bagi anak, terutama dalam perkembangan otak, meningkatkan kekebalan tubuh, memberikan energi otot untuk keterampilan motorik, dan mencegah stunting pada anak.
Konten ini awalnya dibagikan oleh dokter spesialis anak Dr. Jati Kusuma Vardhani, SPA, mengaku sering melihat anak-anak menderita anemia defisiensi besi. Konon salah satu bujukannya adalah kebiasaan memberikan teh pada anak.
“Banyak kasus pemberian teh kepada anak-anak, terutama nenek-nenek atau bahkan ibu-ibu muda yang masih belum mengetahui sebagian informasi tersebut,” kata Dr. kata Kasta.
Meski begitu, Dr Jati mengatakan orang tua sering kali mengabaikan masalah ini. Masalah anemia defisiensi besi biasanya tidak memiliki gejala yang khas dan baru terdeteksi setelah pemeriksaan darah di laboratorium.
“Banyak dari kasus ini tidak terdiagnosis karena gejala pada anak-anak sangat tidak lazim sehingga tes laboratorium di rumah sakit muncul secara acak,” lanjutnya.
Dokter spesialis gizi klinis Dr Raisa E Juanda, MGC, SPGK, AIFO-K, Finem menjelaskan teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat zat besi. Itu tidak mengoptimalkan penyerapan zat besi dari makanan yang baru dimakan.
Pada akhirnya, hal ini membuat anak berisiko mengalami kekurangan zat besi dan anemia.
“Teh mengandung senyawa yang disebut tanin. Tanin ini dapat mengikat zat besi pada makanan yang kita makan sehingga mengurangi penyerapan zat besi dalam tubuh kita,” kata Dr. kata Raisa.
“Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Sehingga jika kekurangan zat besi, maka akan lebih besar kemungkinannya untuk mengalami anemia dan menghambat tumbuh kembangnya,” lanjutnya.
Namun, tegas Dr. Raisa bahwa orang tua tidak perlu melarang sepenuhnya anaknya minum teh. Selama teh tidak disajikan dengan makanan kaya zat besi dan disajikan di antara waktu makan, maka teh boleh-boleh saja.
“Bisa menunggu minimal 1-2 jam setelah makan untuk minum teh. Jika ingin diberikan kepada anak, sebaiknya pilih teh yang tidak terlalu kental atau teh dengan tanin lebih sedikit, misalnya teh hijau,” jelasnya. Raisa, Dr.
Selain istirahat setelah makan, Dr Raisa juga menghimbau para orang tua untuk memberikan anak buah-buahan kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, dan stroberi. Vitamin C adalah zat yang membantu penyerapan zat besi yang lebih baik. Tonton Video “Video: IDAI Sebut Anak Gemuk Tidak Sehat” (avk/up)