Jakarta –
Sebagian besar kematian akibat kanker pada wanita disebabkan oleh kanker payudara dan serviks. Berdasarkan data Globokan tahun 2022, kedua negara tersebut memiliki jumlah infeksi tertinggi yaitu 33 per 100.000 orang dan 23 per 100.000 orang.
Tren peningkatan jumlah kasus tercatat sepanjang tahun, lebih dari 50 persen di antaranya baru teridentifikasi pada stadium lanjut 3 dan 4. Dr Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian RI of Health, baru-baru ini menyatakan bahwa usia penderita kanker semakin muda.
“Kasus terus meningkat dan terdeteksi pada usia lebih muda. Jadi ada pergeseran ke kelompok usia lebih muda dan kanker payudara juga terdeteksi pada usia di atas 20 tahun,” ujarnya, Senin (11/4/2024). Dr Nadia yang dihubungi ANBALI NEWS menjelaskan:
Gejala awalnya biasanya berupa benjolan, tapi sulit dideteksi, ujarnya.
Sekitar 90 persen kasus yang tercatat ditemukan pada stadium 3 dan 4, dengan risiko kematian sebesar 70 persen. Padahal, jika terdeteksi sejak dini, pasien mempunyai peluang sembuh sebesar 90%.
“Kendala yang kita hadapi adalah masih adanya keengganan untuk menjalani pemeriksaan mandiri. Kita punya program penyadaran bahwa perempuan bisa melakukan sendiri (payudara sendiri), dan kita juga punya program penyadaran bahwa perempuan bisa melakukan sendiri (payudara sendiri). Jika Anda berada di Puskesmas setempat, akan dilakukan tes. ‘USG payudara mulai diperkenalkan kepada petugas kesehatan,’ lanjut dr Nadia.
“Pemeriksaan kesehatan secara rutin bisa dilakukan dengan mamografi, namun masih ada rasa malu dan tabu di kalangan perempuan, perlu izin suami karena ditangani dan diperiksa organ intimnya, serta keengganan untuk dites karena khawatir menerima hasilnya,” kata Dr Nadia Saksikan video “Video: Anjuran Dokter Saat Terbaik Deteksi Dini Kanker Payudara” (naf/kna).