Jakarta –
Kawasan Pecinan Glodok Pankuran di Jakarta Barat selalu ramai dengan pernak-pernik kecil menjelang Tahun Baru Imlek, tak terkecuali tahun 2025. Sebab, pedagang musiman di kawasan ini bisa memperoleh penghasilan puluhan juta rupee setiap harinya.
Berdasarkan penelusuran ANBALI NEWS, Senin (20 Januari 2025) Jl. Pankuran dekat Gerbang Pecinan (depan Pasar Jaya Glodok) di depan Kawasan Komersial Petak Enam.
Di sepanjang jalan tampak dipenuhi lampion merah berbagai ukuran, amplop merah, dan hiasan daun bertema ular serta elemen kayu yang melambangkan lambang zodiak tahun ini. Tak ketinggalan, kue-kue khas Imlek seperti kue keranjang dan jajanan tradisional lainnya juga banyak dicari oleh pelanggan.
Alam, salah satu penjual pernak-pernik Imlek, mengatakan, kios-kios tersebut rutin dibuka satu bulan menjelang Imlek setiap tahunnya. Karena Tahun Baru Imlek biasanya jatuh antara bulan Januari dan Februari, para pedagang biasanya berkumpul mulai bulan Desember.
Alam mengatakan dalam sebuah pertemuan: “Kalau saya awal Januari buka, di sini hari pertama dibuka. Soalnya kalau tahun baru dijual di Kuta Towa. Kalau tidak, bisa-bisa Seseorang akan membukanya pada bulan Desember.” dengan ANBALI NEWS.
Namun, menurut dia, kawasan tersebut baru ramai dikunjungi sekitar dua minggu menjelang Hari Raya. Oleh karena itu, saya merasa tidak pernah mencapai titik impas, padahal saya buka sekitar seminggu lebih lama dibandingkan trader lain.
Dua pekan menjelang Imlek, ia mengaku mampu menjual berbagai barang dekorasi dan tas merah seharga 30-50 juta rubel. Pasalnya banyak pengunjung Pecinan Glodok yang datang untuk membeli dalam jumlah besar.
Katanya: “Biasanya jam sibuk dimulai dua minggu sebelum Tahun Baru Imlek. Tahun Baru tanggal 29, biasanya dijual sampai malam tanggal 28.”
“Kalau bursa ramai, bisa 30 juta rubel, bisa 50 juta rubel. (Dalam sehari?) Iya, dalam sehari kan? Banyak yang beli dalam jumlah banyak. Itu Angpao. Ibarat belanja, itu bisa memakan waktu hingga beberapa kotak atau tanda zodiak yang lengket,” jelas sang cendekiawan.
Namun, Alam mengatakan penjualan pernak-pernik Imlek tahun ini terasa sedikit melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun penurunan tersebut tidak cukup signifikan hingga membuat para pedagang merugi.
Menanggapi hal tersebut, penjual oleh-oleh Imlek lainnya bernama Ros mengatakan, kawasan tersebut berada di sekitar pinggir penjara. Guldok di Pankuran sudah rutin dipenuhi pedagang sejak Desember tahun lalu.
Ros yang juga berjualan dekorasi Imlek dan angpao dengan berbagai motif ini juga mengaku mendapat penghasilan jutaan rupee setiap harinya. Kondisi ini bergantung pada cuaca dan hari pertarungan.
Ros menjelaskan: “Penukaran sehari bisa Rp 5 juta, kalau ramai bisa Rp 10 juta. Cuma pas sepi kemarin hujan seharian cuma Rp 3 juta. Tergantung banget, namanya juga penjualan.” . .
“Kalau hari Sabtu dan Minggu ramai banget, kalau di hari biasa seperti sekarang, sibuk saja, nggak apa-apa. (Artinya Sabtu dan Minggu depan akan Sibuk?) Ya bisa saja, tapi Sabtu dan Minggu depan akan Sibuk? Minggu hampir Tahun Baru Imlek” biasanya sangat sibuk. (Apakah ada peningkatan omset dibandingkan tahun lalu?) Bisa jadi $15 juta per hari,” ujarnya.
Menurut Rouzi, seperti halnya Alam, jumlah pelanggan tahun ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Khusus untuk kayu imitasi atau pembeli hiasan Imlek jangka panjang lainnya.
“Dibandingkan tahun lalu, berkurang sedikit, tidak banyak, sekitar 10 persen. Selebihnya, seperti stiker atau angpao, masih laris manis,” kata Ros. (fdl/fdl)