Heboh ‘Awan Kinton’ Jatuh di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Jakarta –

Awan yang mirip dengan awan kinton di serial anime Dragon Ball telah jatuh di suatu daerah di Kalimantan. Video yang beredar di media sosial menjadi viral. Demikian definisi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan benda berwarna putih yang ditemukan melayang dari langit hingga mendarat bertahap di Murung Raya itu bukanlah awan yang jatuh Kalimantan Tengah, melainkan dirancang hanya berbentuk uap.

Benda mirip awan putih itu ditemukan oleh beberapa pekerja tambang di Muara Tuhup, Murung Raya, Kalimantan Tengah dan terekam dalam video amatir berdurasi lebih dari satu menit yang menggambarkan jatuhnya awan yang beredar luas di berbagai saluran media sosial, Jumat malam. . (15/11).

Fenomena tersebut kemungkinan bukan awan alami, melainkan konsentrasi uap air atau gas akibat aktivitas manusia yang terjadi di area pertambangan, kata Andri Ramdhani, Direktur Meteorologi Publik BMKG di Jakarta, Sabtu (16/11). ).

Andri menjelaskan, awan tidak bisa jatuh ke permukaan dalam bentuk bongkahan padat, karena partikelnya sangat ringan dan menyebar dengan kepadatan rendah.

Pasalnya, awan merupakan kumpulan tetesan air atau kristal es yang berukuran sangat kecil dan ringan sehingga tersuspensi di atmosfer dengan bantuan arus udara.

Partikel awan biasanya menguap sebelum mencapai permukaan tanah, terutama saat terjadi perubahan lingkungan. Oleh karena itu, kata dia, nampaknya fenomena dalam video tersebut bukanlah awan alami, melainkan konsentrasi uap air atau gas akibat tindakan teknis atau operasional.

Menurut dia, keadaan tersebut bisa terjadi akibat keluarnya gas bertekanan tinggi dari aktivitas penambangan, didukung suhu rendah dan kelembaban tinggi sehingga lingkungan mendukung terciptanya uap kondensasi.

Fenomena ini mirip dengan awan turun atau runtuh karena gumpalan uap atau gas yang keluar berpindah ke daerah yang lebih rendah karena gaya gravitasi atau kepadatannya yang lebih berat dari udara.

“Seringkali uap atau gas ini lebih padat dibandingkan awan alam sehingga seolah-olah bisa disentuh atau ditahan. Namun, ini hanya efek visual saja, karena yang terlihat hanyalah uap sementara,” jelasnya.

BMKG menegaskan, fenomena tersebut tidak berbahaya dan bersifat sementara sehingga masyarakat khususnya yang berada di sekitar penemuan tidak perlu khawatir, karena hal tersebut bukan merupakan tanda adanya gangguan alam. Tonton video “Video: Suhu Indonesia diperkirakan akan lebih hangat pada tahun 2025, wilayah ini akan sulit turun hujan” (msl/msl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top